The Great Queen Seon Deok Episode 13
Ketika Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) muncul, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) langsung memberitahu apa yang telah terjadi sambil menyebut bahwa sulit untuk mengungkap dalang kejadian yang sebelumnya menimpa Kim Seohyeon (Ju Sung-mo).
Begitu sadar dari pingsannya, Deokman (Lee Yo-won) ternyata telah ditunggui Yushin (Uhm Tae-woong). Tak berapa lama, Putri Cheonmyeong muncul. Deokman sempat bersikap seperti biasa, namun tatapan tajam Yushin membuatnya mau tidak mau harus mengedepankan sopan-santun karena yang dihadapannya kini bukanlah biksuni melainkan putri raja.
Bakal diserahi tugas berat untuk kembali merebut simpati para bangsawan, Putri Cheonmyeong menceritakan alasannya menyamar didepan Deokman. Sambil tersenyum, sang putri menyebut bakal memimpikan hal yang mustahil demi mewujudkan impian mendiang Raja Jinheung sekaligus mensejahterakan rakyat Shilla.
Di kediamannya, Mishil (Go Hyeon-jeong) menegur sikap gegabah Bojong (Baek Do-bin) yang berniat menghabisi Kim Seohyeon (Jung Sung-mo). Dengan dingin, Mishil menyebut bahwa seseorang hanya dibunuh bila sudah tidak berguna lagi. Ucapan itu ditanggapi Seolwon (Jun Noh-min), yang mengingatkan sang putra kalau mereka harus selalu menuruti perkataan dan perintah Mishil.
Obrolan mereka terhenti oleh kemunculan Hajong (Kim Jung-hyun), yang memberitahu kalau Mishil kedatangan tamu : Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) dan istrinya Putri Manmyeong (Im Ye-jin). Dengan gaya yang khas, Mishil menyindir Kim Seohyeon secara halus dengan menyebut ayah Yushin itu mempunyai ambisi yang sama dengan dirinya yaitu menguasai kerajaan Shilla.
Bahkan, pernikahan Kim Seohyeon dengan Putri Manmyeong disebut sebagai cara untuk mewujudkan ambisi tersebut. Ucapan itu keruan saja membuat Putri Manmyeong marah, ia meminta Mishil yang 'hanya' mantan selir dua raja sebelumnya untuk lebih hormat pada keluarga raja. Di luar, sang putri menyebut tetap pada prinsipnya mengikuti Kim Seohyeon.
Saat tengah berbincang dengan Deokman dan Yushin, Putri Cheonmyeong kedatangan tamu : Eulje (Shin Goo), yang memberitahu kalau sang putri telah mendapat titah dari Raja Jinpyeong untuk mencari sumber kekuatan Mishil. Sebagai petunjuk, Eulje memberikan titah Raja Jinheung dan berkas-berkas yang pernah ditulis oleh Munno (Jung Ho-bin).
Terkejut mendengar cerita Eulje tentang Mishil yang dimasa mudanya mampu mendatangkan hujan di tengah kemarau panjang, Putri Cheonmyeong mulai berunding dengan dua orang kepercayaannya yaitu Yushin dan Deokman. Saat tengah membaca berkas, secara tidak sengaja Deokman melihat kata bunga Sadaham.
Rupanya, Sadaham (Park Jae-jung) adalah pria pertama yang pernah dicintai Mishil namun kisah keduanya berakhir tragis. Konon, bunga Sadaham adalah peninggalan terakhir sang jendral untuk Mishil, yang ketika itu telah menikah dengan Sejong, sebelum menghembuskan napas terakhir.
Sementara itu, Mishil mendapat kabar gembira kalau kerajaan Shilla bakal kedatangan para pedagang dari jauh yang bakal membawa bunga Sadaham. Persiapan dilakukan dengan serius, Pendeta Agung Seori (Song Ok-sook) meminta para pelayan istana untuk meracik makanan dengan menggunakan bumbu khusus yaitu kari.
Ditengah kesibukan mengatur penyambutan untuk para pedagang, Putri Cheonmyeong mengutus Yushin dan Deokman untuk menyelidiki tempat yang pernah disebut pada berkas Munno. Siapa sangka saat mencari air di biara Dancheon, mereka bertemu dengan Seori dan Misaeng (Jung Woong-in). Terkejut ketika Seori menyebut kata 'bunga Sadaham' pada salah seorang biksu, keduanya memutuskan untuk memberitahu Putri Cheonmyeong.
Malamnya sambil memandang sebuah pohon, Mishil kembali teringat akan masa lalunya. Kepada Seori yang belakangan muncul, Mishil menyebut bahwa hanya Sadaham satu-satunya pria yang mampu mencintai tanpa berniat memanfaatkan dirinya sedikitpun. Rupanya, pohon yang ditatapnya adalah pohon dimana Mishil kerap bertemu Sadaham.
Berniat untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham, Putri Cheonmyeong berhasil membujuk Raja Jinpyeong untuk menurunkan pasukan ke biara Dancheon. Dipimpin oleh Kim Seohyeon dan Kim Yongchun (Do Yi-sung), pasukan berusaha menggeledah biara dengan alasan ada mata-mata dari kerajaan Baekje yang bersembunyi disana.
Bisa dibayangkan, bagaimana kagetnya Kim Seohyeon dan Yongchun saat tahu Mishil ternyata berada di dalam biara. Meski sudah mencari kemana-mana, mereka tidak menemukan benda yang mencurigakan. Belakangan dari Misaeng baru ketahuan, apa yang berhubungan dengan bunga Sadaham bukanlah benda melainkan seorang biksu.
Kegagalan membuat kubu Putri Cheonmyeong tidak punya pilihan lain kecuali mencari tahu apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham dari kumpulan pedagang yang bakal mengunjungi Seorabol. Masalahnya cuma satu : kepala penjaga adalah Bojong.
Di istana, masalah besar terjadi : kari yang bakal digunakan untuk makanan para pedagang musnah karena kecerobohan seorang dayang. Dasar nasib, Deokman mendapat tugas untuk mencari bahan yang digunakan untuk membuat kari.
Pengetahuannya yang luas ditambah bantuan Jukbang (Lee Moon-shik) membuat Deokman ditugaskan mengepalai persiapan makanan untuk para pedagang. Sempat kaget, Deokman sadar bahwa itulah kesempatannya menyusup demi mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham.
Hari kedatangan para pedagang akhirnya tiba, mereka disambut oleh Misaeng (yang fasih berbahasa asing) dan Sejong. Saat rombongan pedagang satu-persatu memasuki Seorabol, Deokman terkejut melihat satu sosok yang sudah sangat dikenalnya.
The Great Queen Seon Deok Episode 14
Di istana, utusan dari China disambut oleh Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Suasana sempat memanas ketika permintaan barter kerajaan Shilla ditolak mentah-mentah, pasalnya barang yang diincar adalah buku kalender yang ketika itu merupakan harta yang tak ternilai.
Saat tengah mengamati para pedagang yang memasuki Seorabol, Deokman (Lee Yo-won) diingatkan oleh Yushin (Uhm Tae-woong) supaya menjalankan misi rahasianya dengan sangat hati-hati supaya nama Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) tidak ikut terseret.
Ucapan itu membuat Deokman meradang, ia langsung membalas ucapan Yushin dengan menyebut sang atasan seolah terus mencari kesalahannya. Keduanya sempat terlibat adu mulut seru yang membuat Putri Cheonmyeong tersenyum lebar.
Kembali ke Seorabol setelah belasan tahun, Chilseok (Ahn Kil-kang) ternyata membawa seseorang : Sohwa (Seo Young-hee). Rupanya saat terjadi badai pasir, Chilseok berhasil menyelamatkan Sohwa, dan sejak itu tidak terpisahkan dari mantan dayang istana tersebut.
Ketika tengah mengendap-ngendap ke dalam kediaman para pedagang, Deokman tertangkap basah oleh Bojong (Baek Do-bin). Untungnya gadis itu cerdas, ia beralasan hendak menanyakan menu masakan yang bakal disajikan kepada para pedagang.
Begitu melihat para pedagang hendak mendiskusikan masalah penting, Deokman berinisiatif memecahkan pot bunga supaya ada alasan untuk menguping pembicaraan. Dengan kemampuannya menguasai berbagai bahasa, sudah tentu tidak sulit bagi Deokman untuk mengerti arah pembicaraan para pedagang yang dipimpin Tuan Jang.
Setelah semuanya pergi, pedagang lain bernama Hasha mengeluarkan barang yang selama ini menjadi incaran Mishil : bunga Sadaham. Di kediamannya, Mishil (Go Hyeon-jeong) sudah mewanti-wanti Misaeng (Jung Woong-in) bahwa berapapun harganya, ia harus memiliki bunga Sadaham yang selama ini sudah ditunggu-tunggu kehadirannya.
Untuk mengetahui seperti apa bunga Sadaham, Deokman berhasil membujuk Jukbang (Lee Moon-shik) untuk menggunakan keahliannya mencuri. Tanpa kesulitan, Jukbang berhasil merebut kunci kamar Tuan Jang saat sang pedagang pergi ke kamar kecil.
Rencana pertemuan rahasia antara Tuan Jang, yang membawa bunga Sadaham, dan Mishil diam-diam menarik perhatian dua kubu sekutunya : Sejong (Dok Go-young) dan Seolwon (Jun Noh-min). Diam-diam, keduanya mengutus putra masing-masing untuk membuntuti Tuan Jang. Dasar apes, keduanya malah tertangkap basah oleh Mishil sendiri.
Ketika Mishil tengah melakukan negosiasi pembelian bunga Sadaham, yang ternyata adalah sebuah buku, Deokman diam-diam menyelinap masuk ke kamar Tuan Jang. Saat membuka sebuah kotak, Deokman sangat kaget melihat barang-barang miliknya saat tinggal di gurun termasuk plakat bertuliskan nama Sohwa ada disitu.
Dengan tubuh menggigil, ingatan Deokman langsung melayang ke masa silam. Keluar dari ruangan secara terburu-buru, sehingga Jukbang dan Godo (Ryu Dam) bingung, Deokman langsung mengurung diri dikamarnya.
Setelah menuntaskan traksaksi bunga Sadaham, Mishil melakukan tugas berikutnya : menegur langsung Sejong dan Seolwon. Dengan suara tinggi, Mishil menyebut bahwa yang dilakukan dua pria itu sama saja berusaha untuk menjadi Mishil kedua. Dan bila itu terjadi, mereka hanya perlu membunuh Mishil yang asli.
Ucapan itu sukses membuat kedua kubu langsung buru-buru meminta maaf. Sikap dingin Mishil tersebut ternyata diikuti oleh sikap mesranya pada Sejong, sang suami, dan Seolwon, sang kekasih gelap, di malam harinya.
Paginya, Mishil terkejut saat diberikan kotak berisi bungkus bayi kembar Raja Jinpyeong dan plakat bertuliskan nama Sohwa. Mulutnya langsung ternganga begitu mendengar bahwa kotak itu diberikan oleh seseorang bernama Chilseok, ia langsung memerintahkan supaya Chilseok bisa dibawa kehadapannya.
The Great Queen Seon Deok Episode 15
Ditemani Misaeng (Jung Woong-in), Mishil (Go Hyeon-jeong) dan pengiringnya berjalan terburu-buru ke suatu tempat. Diam-diam, Deokman (Lee Yo-won) mengikuti dari belakang. Malang bagi sang nangdo, aksinya ketahuan oleh putra Misaeng sekaligus pengawal Mishil yaitu Daenambo (Ryu Sang-wook).
Ditarik paksa untuk masuk, Deokman sudah dibuat menggigil oleh tebakan Mishil yang sudah bisa menebak kalau sang nangdo tengah melacak keberadaan bunga Sadaham. Namun dugaan Mishil sedikit meleset : Deokman bukan ketakutan akibat mengira buku yang dipegang Mishil adalah bunga Sadaham, melainkan karena sadar kalau buku tersebut adalah miliknya.
Mulai sadar kalau Chilseok (Ahn Kil-kang) dikirim oleh Mishil, Deokman hanya terdiam saat wanita itu menyindir kesetiaannya pada Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin). Dengan suara penuh keyakinan, Mishil menyebut pada dasarnya manusia adalah jahat. Keberhasilan Deokman dalam menjawab membuat Mishil terkesan, ia sempat meminta sang nangdo untuk bekerja untuknya.
Begitu Deokman menolak, Mishil dengan santai menyuruhnya keluar. Ucapan itu membuat Misaeng terperangah, namun Mishil menyebut potensi Deokman yang begitu besar membuatnya tidak tega membunuh 'pemuda' itu terlalu cepat. Rupanya, diam-diam Mishil punya strategi untuk menarik Deokman.
Paginya saat bangun, Deokman dikejutkan oleh kemunculan Seokpum (Hong Kyung-in) di markas klan Kembang Naga yang menyerahkan surat dari Mishil. Keruan saja semuanya terkejut, Deokman yang tidak sadar kalau dirinya dijebak masuk ke dalam kamar untuk membaca pesan yang disebut-sebut Seokpum sebagai jawaban Mishil dari pertanyaan sang nangdo di malam sebelumnya.
Tak lama kemudian, Yushin (Uhm Tae-woong) muncul dan meminta Deokman menunjukkan surat dari Mishil. Dengan wajah bingung, Deokman menyerahkan surat sambil menyebut ada sejumlah kejanggalan. Sikap polos nangdo itu malah disalahartikan oleh Yushin, ia mengira Deokman sengaja mengaburkan sejumlah huruf di surat.
Dalam waktu singkat, kecurigaan kalau Deokman telah berpindah ke pihak Mishil menyebar dengan cepat. Tidak cuma di kalangan hwarang, gosip meresahkan tersebut juga tengah jadi pembicaraan di kalangan bangsawan istana. Dengan susah-payah, Putri Cheonmyeong berusaha membela Deokman.
Dengan usaha keras, Bojong dan Seokpum berhasil menemukan Chilseok, yang sudah berniat meninggalkan Seorabol untuk hidup tenang bersama Sohwa (Seo Young-hee). Sempat terjadi pertempuran sengit, Chilseok yang begitu hebat ternyata punya kelemahan : pandangan matanya sudah kabur.
Disinilah keistimewaan Mishil yang membuatnya disegani para anak buah terlihat : ia benar-benar meneteskan air mata melihat penderitaan Chilseok. Tanpa ragu-ragu, Mishil membawa Chilseok kembali ke Seorabol dan setelah mendengar cerita sang mantan pengawal, bertekad untuk bisa kembali membuat Chilseok melihat secara normal seperti sebelumnya.
Kebingungan oleh sikap rekan-rekannya yang terlihat agak menjauh, Deokman melakukan kesalahan ketika tengah mengamati Tuan Jang dan para pedagang : ia langsung mematuhi perintah Tuan Jang yang berbicara dalam bahasa Latin. Keruan saja, rahasianya yang selama ini bisa berbicara tidak hanya dalam bahasa Gyerim terbongkar.
Keadaan Deokman makin tersudut ketika dirinya diminta menemui Misaeng dikediaman sang pejabat istana, nangdo itu kebingungan ketika dirinya hanya diminta duduk diam tanpa bicara apa-apa. Yushin yang tidak tahan lagi langsung menuduhnya telah tergiur oleh uang Misaeng, dan adu mulut sengit terjadi antara keduanya.
Tidak ada pilihan lain bagi Deokman kecuali datang ke tempat Mishil, dengan cepat ia menyatakan siap melayani wanita penuh tipu-daya itu. Permintaan awal Mishil hanya satu : Deokman diminta untuk datang pada malam hari untuk menerjemahkan buku berbahasa Latin yang diberikan oleh Chilseok.
Baru saja keluar, tiba-tiba Deokman ditarik oleh dua orang misterius yang ternyata adalah bawahan Putri Cheonmyeong. Dihadapkan dengan sang putri yang didampingi Yushin, akhirnya baru ketahuan bahwa Deokman ternyata sudah bisa membaca strategi Mishil dan hanya pura-pura menyeberang ke kubu musuh bebuyutan Putri Cheonmyeong itu.
Setelah diberitahu tentang apa yang harus dilakukan, Deokman berjalan ke kediaman Mishil untuk menjalankan tugasnya. Siapa sangka ditengah jalan, ia bertabrakan dengan seseorang berperawakan tinggi besar. Mata Deokman langsung terbelalak ngeri saat sadar siapa orang itu : Chilseok.
The Great Queen Seon Deok Episode 16
Sempat menanyakan apakah Deokman (Lee Yo-won) tidak apa-apa, Chilseok (Ahn Kil-kang) langsung pergi terburu-buru begitu mendengar suara-suara orang mencarinya. Rupanya, kehebohan disebabkan oleh menghilangnya Sohwa (Seo Young-hee), yang belakangan bisa ditemukan kembali.
Belum tahu kalau ibunya masih hidup, Deokman cuma bisa termenung sambil meneteskan air mata, ia sadar kalau Mishil-lah yang mengirim Chilseok untuk memburunya saat di padang gurun. Semakin penasaran tentang jati dirinya, Deokman mendatangi Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) untuk menceritakan apa yang terjadi. Secara tidak sengaja, sang putri melihat belati kecil Deokman.
Pagi harinya, Pendeta Seori (Song Ok-sook) meminta Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) untuk upacara ritual untuk menghindari bencana dari Langit. Seperti yang sudah diduga, Mishil-lah yang diminta sebagai penanggung jawab. Setelah sekian tahun hidup damai, keruan saja berita tentang bakal diadakannya upacara ritual menjadi bahan pembicaraan yang meresahkan rakyat.
Pasalnya, upacara kerap diiringi sejumlah kejadian yang tidak bisa dijelaskan. Kubu Raja Jinyeong sendiri sadar upacara ritual kerap digunakan oleh pihak Mishil untuk mengajukan permintaan yang tidak masuk akal. Repotnya lagi, apa yang diramalkan Mishil tidak pernah meleset.
Setelah mendapat petunjuk dari Pendeta Wolcheon, Misaeng (Jung Woong-in) telah menyiapkan rancangan strategi untuk membuat rakyat tunduk dengan menggunakan patung Buddha dan kacang kedelai mentah. Dibalik gayanya yang santai dan ketidakmampuan di bidang bela diri, Misaeng rupanya memiliki otak brilian dan mampu memikirkan hal yang belum bisa dipikirkan oleh dimasanya.
Begitu mendapat kesempatan bersama Mishil, Deokman tanpa henti bertanya pada sang pemegang segel kerajaan tentang banyak hal, yang dijawab Mishil dengan sabar. Yang menarik, Mishil punya konsep menarik tentang penguasa : sampai kapanpun, seorang raja tidak akan mampu memenuhi keinginan rakyatnya yang begitu beragam.
Di tengah rapat para hwarang, Putri Cheonmyeong mengajukan diri untuk mendampingi Mishil dalam mempersiapkan upacara ritual dan menunjuk Yushin (Uhm Tae-woong) sebagai pembantu utamanya. Setelah rapat selesai, Yushin dipanggil untuk menghadap Mishil.
Dengan gayanya yang khas, Mishil mengingatkan akan nasib bangsa Gaya sambil mengingatkan Yushin untuk tidak menjadikan dirinya sebagai musuh. Siapa sangka, Yushin dengan tegas menyebut hanya akan tunduk bila nyawanya telah tiada dan malah balik mengancam supaya Mishil juga tidak menjadikannya sebagai musuh.
Kebersamaan dengan Mishil membuat Deokman mulai mendapat banyak hal dari wanita yang disebut-sebut sebagai harta sekaligus racun kerajaan Shilla tersebut, namun ia langsung terbelalak saat Mishil menyebut tidak percaya dengan apa yang dinamakan 'kehendak dari Langit.'
Strategi Mishil memang luar biasa, ia mampu membuat para anggota keluarga kerajaan, terutama Putri Cheonmyeong, dan rakyat bertekuk-lutut dengan meramalkan munculnya patung Buddha dari dalam tanah di wilayah Nahjong.
Mengaku mendapat perintah dari Langit, Mishil meminta Raja Jinpyeong untuk mengusir bangsa Gaya dari pinggiran kota Seorabol. Tidak main-main, bila kehendak dari Langit itu tidak dituruti, maka dalam waktu tiga hari bakal terjadi gerhana bulan.
Deokman dan Yushin tidak percaya begitu saja, namun keduanya terkejut saat di tempat terpisah, mereka sama-sama melihat bulan menghilang untuk sesaat, yang sekaligus menjadi bukti kalau ramalan Mishil telah menjadi kenyataan. Dengan lemas, Deokman melangkah ke kediaman Mishil untuk meneruskan tugasnya menerjemahkan buku berbahasa Latin.
Siapa sangka, Mishil malah menyampaikan hal mengejutkan : ia sudah tahu kalau Deokman adalah mata-mata Putri Cheonmyeong. Tidak ragu menyebut kalau bunga Sadaham adalah buku penanggalan tentang kejadian alam yang bakal terjadi, Mishil menantang Deokman dan kubu Putri Cheonmyeong untuk melawannya.
Di tempat terpisah, Putri Cheonmyeong berlutut di kuil sambil menangis, ia mengira kalau Mishil benar-benar utusan dari Langit sehingga tidak bisa dikalahkan. Ditengah kesedihannya, tiba-tiba tangan Putri Cheonmyeong dibelai dengan lembut oleh seorang wanita.
Jumat, 04 Februari 2011
The Great Queen Seon Deok Episode 7,8,9,10,11 & 12
The Great Queen Seon Deok Episode 7
Begitu sadar, Deokman (Nam Ji-hyun) terkejut melihat Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung) ada didepannya. Terbelalak melihat gadis itu nekat terjun menyelamatkannya, Deokman memeluk sang putri dengan wajah berseri-seri.
Malamnya di api unggun, Putri Cheonmyeong langsung mengajak Deokman untuk mencari Munno di biara Yeorae setelah mendengar alasan sahabat barunya itu. Saat hendak membersihkan rambut Deokman, sang putri sedikit terkejut saat tahu Deokman mempunyai tanda lahir yang sama dengannya.
Namun begitu sampai, biara malah telah dikuasai oleh segerombolan pria bertopeng (yang dipimpin oleh Bojong (Kwak Jung-wook)). Terjadi kejar-kejaran, Deokman dan Putri Cheonmyeong sempat nyaris jadi tawanan, namun di saat genting muncul pasukan kerajaan yang dipimpin Imjong (Kang Suk).
Sebuah panas yang dilepaskan Bojong (yang mengenakan topeng) langsung membuat Putri Cheongmyeong jatuh terguling-guling, disusul oleh Deokman dan Bojong, yang terkena panah Imjong.
Bisa dibayangkan, bagaimana marahnya Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) mendengar apa yang terjadi di biara Yeorae. Kuatir dengan keselamatan putrinya, ia memutuskan untuk datang sendiri ke biara yang terletak di propinsi Manno dan dipimpin oleh adik iparnya Kim Sohyeon (Jung Sung-mo).
Kesempatan itu digunakan oleh Mishil (Go Hyeon-jeong) untuk menekan Kim Sohyeon, ia menyebut sang gubernur harus membayar mahal bila Putri Cheonmyeong tidak berhasil ditemukan.
Di pinggir sebuah sungai, Putri Cheonmyeong ditemukan dalam keadaan tidak sadar oleh Kim Yushin (Lee Hyun-woo). Sayangnya terjadi kesalahpahaman, Yushin menemukan gioknya di saku baju yang dikenakan sang putri sehingga mengiranya sebagai pencuri.
Dengan suara tinggi, Putri Cheonmyeong memerintahkan supaya dirinya dilepaskan dan dibawa ke hadapan Kim Sohyeon. Ucapan itu malah membuat Yushin berang, ia membiarkan Putri Cheonmyeong dalam keadaan terikat dan menyaksikannya berlatih.
Keduanya terlibat adu mulut, Putri Cheonmyeong sempat tersentak ketika perkataan Yushin tentang kejujuran mengingatkan akan dirinya sendiri saat berbicara dengan Mishil. Dengan lemas, Putri Cheonmyeong terduduk dan menunggu Yushin menyelesaikan latihannya.
Sementara itu, Deokman di tempat terpisah tengah merawat Bojong yang luka parah terkena panah. Nasib kembali mempertemukannya dengan Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam).
Rupanya meski berprofesi sebagai penipu, Jukbang cukup handal sebagai seorang tabib. Deokman langsung gembira melihat Bojong berhasil diselamatkan, namun kembali marah-marah saat tahu cincin pria itu berhasil dicuri Jukbang.
Saat mengantar Putri Cheonmyeong ke pengadilan, Yushin dan para bawahannya melihat pengumuman. Wajahnya langsung berubah pucat saat membaca pengumuman itu, ia sadar kalau yang ada dihadapannya bukanlah pencuri melainkan Putri Cheonmyeong.
Di luar dugaan, Putri Cheonmyeong di hadapan Raja Jinpyoeng menyebut Yushin sangat berjasa menyelamatkan nyawanya. Saat bicara bertiga dengan Mishil, ia langsung membela Kim Sohyeon yang semula hendak ditimpakan kesalahan atas kejadian di biara Yeongrae.
Dengan cepat, Putri Cheonmyeong membalikkan kecurigaan ke kubu Mishil khususnya Bojong, yang disebut tengah pergi ke suatu tempat. Wajah Raja Jinpyeong langsung kuatir melihat putrinya nekat berhadapan dengan Mishil, namun Putri Cheonmyeong menyebut itu adalah ujian baginya.
Diam-diam, Seolwon (Jun Noh-min) siap membayar dalam jumlah besar bagi siapapun yang berhasil menemukan putranya Bojong. Begitu tahu, Jukbang dan Godo langsung kembali ke gubuk tempat Bojong dirawat, dan kembali bertemu Deokman.
Berhasil membujuk Deokman, Jukbang dan Godo berjanji bakal menjadi penunjuk jalan bagi pasukan. Siapa sangka kali ini mereka tidak hanya berhadapan dengan Seolwon, melainkan langsung dengan Mishil sendiri.
The Great Queen Seon Deok Episode8
Begitu sadar kalau yang ada dihadapannya adalah Mishil (Go Hyeon-jeong), wajah Jukbang (Lee Moon-shik) langsung pucat. Godo (Ryu Dam) yang tidak sadar akan bahaya terus mengoceh, ia heran melihat Jukbang terdiam.
Begitu ada kesempatan, Jukbang dan Godo langsung lari tunggang-langgang karena takut mereka bakal dihabisi setelah Bojong (Kwak Jung-wook) ditemukan. Dengan geram, Seolwon (Jun Noh-min) langsung memerintahkan supaya keduanya ditemukan dengan segala cara.
Di istana, Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung) yang tengah berbincang-bincang dengan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dan Yongchun (Do Yi-sung) sangat yakin kalau Mishil tidak akan mampu membuktikan keberadaan Bojong, namun mereka ternyata salah.
Melihat Deokman ada di gubuk tempat Bojong semula dirawat, Jukbang dan Godo buru-buru menariknya pergi. Namun di tengah kota, keduanya berhasil ditangkap oleh anak buah Mishil. Tidak kehabisan akal, Deokman sengaja membuat kegaduhan supaya kehadirannya menarik perhatian.
Deokman yang tidak perduli kalau dihadapannya adalah Raja Jinpyeong langsung menunjuk Bojong sebagai orang yang ada saat kemelut di kuil Yeorae. Sudah tentu Bojong membantah, namun Deokman mengeluarkan bukti kuat yang dimilikinya : cincin yang dicuri oleh Jukbang.
Tidak cuma itu, dengan berani Deokman mendatangi Mishil yang sempat sekilas dilihatnya di hutan. Tanpa basa-basi, gadis yang menyamar sebagai pria itu meminta supaya Jukbang dan Godo (yang diakuinya sebagai ayah dan kakak) untuk segera dibebaskan.
Ucapan blak-blakan Deokman membuat Mishil mati kutu. Bahkan berkat perintah Raja Jinpyeong, Jukbang dan Godo yang nyaris dieksekusi akhirnya dibebaskan. Di hadapan sang ayah, Putri Cheonmyeong mengakui semua termasuk soal dirinya yang telah melahirkan seorang putra.
Atas permintaan Putri Cheonmyeong, Kim Yushin dan Deokman akhirnya dibawa kembali ke Seorabol sebagai nangdo alias calon anggota Hwarang. Tentu saja, Jukbang dan Godo, yang mengemis-ngemis pada Deokman untuk ikut diselamatkan, tidak ketinggalan.
Sudah tentu, masuknya Deokman, Jukbang, dan Godo diprotes oleh para anak buah Yushin. Namun, pemuda berhati lurus itu menyebut tidak akan main-main saat menggembleng ketiganya.
Begitu sampai di Seorabol, Putri Cheonmyeong (yang menggunakan cadar) mengambil kembali posisinya sebagai pimpinan tertinggi pasukan hwarang sekaligus menobatkan Yushin dan anak buahnya sebagai bagian dari pasukan elit kerajaan Shilla tersebut.
Dari situlah cobaan dimulai. Sepeninggal Putri Cheonmyeong, Bojong dan pasukan hwarang lain menolak kehadiran Yushin dan anak buahnya. Bahkan setelah menang, Bojong merobek separuh bendera pasukan Yushin dan mengambilnya.
Begitu tahu kalau Putri Cheonmyeong telah melahirkan seorang putra, Mishil langsung tertawa sehingga membuat para sekutunya sedikit gemetar ketakutan. Rupanya, Mishil melihat Putri Cheonmyeong bagai dirinya di masa lalu.
Penasaran dengan sosok lain yang berani menghadapinya, Mishil minta supaya Deokman dibawa kehadapannya. Lagi-lagi, Deokman berani membantah Mishil saat ditanya hubungan antara dirinya dengan Munno.
Pembicaraan keduanya terhenti oleh kemunculan mendadak Yongchun, yang sadar kalau Deokman ada dalam bahaya. Begitu sampai di luar, Deokman menanyakan soal papan nama Chilseok (Ahn Kil-kang) yang sempat dilihatnya. Rupanya, semua orang menyangka Chilseok sudah mati.
Menghilangnya Deokman membuat Yushin marah, ia menghukum sang bawahan dengan karung pasir yang harus diikat di kaki. Dalam kondisi biasa saja, Deokman belum tentu bisa mengimbangi rekan-rekannya sesama nangdo saat berlari jarak jauh, apalagi setelah kakinya diikat karung pasir.
Karena jadi orang terakhir yang sampai, Deokman kembali mendapat 'hadiah' satu karung pasir lagi. Kejadian itu lama-lama membuat gadis yang menyamar sebagai pria itu terbiasa, namun ia tetap tidak kehilangan keoptimisannya. Dan tidak terasa, tahun-tahun berlalu begitu cepat.
The Great Queen Seon Deok Episode 9
Sebagai orang terakhir, Deokman (Lee Yo-won) terus-menerus mendapat hukuman dari pimpinan klan Kembang Naga Kim Yushin (Uhm Tae-woong). Meski jengkel, gadis yang menyamar sebagai pria itu tetap menurut.
Meski dicap anggota paling lemah, Deokman punya satu hal yang tidak dimiliki rekan-rekannya : keinginan untuk menjadi lebih baik. Bahkan saat semuanya istirahat, ia tidak ragu-ragu berlatih memanah sendirian sambil mempelajari teknik yang benar.
Cobaan bagi Deokman dan rekan-rekannya tidak hanya dari Yushin yang kerap memberikan latihan ekstra keras, melainkan juga dari klan hwarang lain yang dipimpin oleh Seokpum (Hong Kyung-in).
Di istana, berita jatuhnya benteng Sokham membuat Raja Jinpyeong kuatir. Namun saat penasehat Eulje (Shin Goo) menyarankan supaya Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) memimpin pasukan untuk melakukan serangan balasan, niat tersebut ditentang kubu Mishil (Go Hyeon-jeong).
Lagi-lagi, Raja Jinpyeong tidak berkutik dan hanya bisa mengiyakan ketika Mishil meminta supaya putranya Hajong (Kim Jung-hyun) memimpin pasukan untuk membalas serangan Baekje.
Ketegangan antar klan hwarang memuncak ketika Deokman diganggu Seokpum, yang berusaha mempermalukannya dengan mencopot baju gadis yang dikira sebagai pria itu. Adegan tersebut terlihat oleh anggota klan Kembang Naga lain, sehingga perkelahian antar klan tidak bisa dihindari.
Keributan tersebut kontan menjadi pembicaraan di rapat pimpinan hwarang. Yushin sempat menyebut bahwa keributan disebabkan oleh klan pimpinan Seokpum, namun saat diminta untuk melakukan pembuktian lewat ajang kompetisi antar klan hwarang yang dikenal dengan nama Beejae, pria itu menolak.
Sebagai gantinya, ia menghukum Deokman. Sudah tentu keputusan tersebut membuat emosi anggota klan Kembang Naga, salah satunya Shiyeol (Moon Ji-yoon) berang, mereka menganggap bahwa mundur dari kompetisi adalah tindakan pengecut. Namun, Yushin rupanya punya pertimbangan sendiri.
Sehebat-hebatnya Yushin menghindar, sebuah kejadian yang melibatkan klan Seokpum membuatnya tidak punya pilihan lagi kecuali ikut kompetisi Beejae. Siapa sangka, pertandingan antar klan bisa dihentikan oleh hal yang jauh lebih penting : serangan kerajaan Baekje ke benteng Yeongnam yang letaknya sangat vital bagi Shilla.
Sadar kalau Hajong yang memimpin pasukan Shilla bukan tandingan Baekje, Mishil meminta Raja Jinpyeong untuk mengutus Seolwon (Jun Noh-min) untuk maju ke medan perang. Di tempat lain, Yushin mempersiapkan para anggota klan Kembang Naga untuk pertandingan Beejae.
Begitu sampai di tempat pertandingan, klan Kembang Naga yang telah berpakaian lengkap dikejutkan oleh pengumuman yang disampaikan salah satu petinggi hwarang Hojae (Go Yoon-hoo) : Shilla secara resmi kembali berperang dengan kerajaan Baekje.
Setelah rapat bersama Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin), akhirnya diputuskan untuk menyertakan para pasukan hwarang ke dalam pertempuran, diantaranya klan pimpinan Seokpum, Yushin, dan Alcheon (Lee Seung-hyo).
Di malam sebelum keberangkatan, Deokman diam-diam menyelinap keluar kamp untuk bertemu dengan biksuni yang telah dikenalnya beberapa tahun silam. Tidak sadar kalau biksuni itu adalah Putri Cheonmyeong yang menyamar, Deokman menyampaikan keluh-kesahnya tentang Yushin.
Reputasi klan Kembang Naga yang dianggap lemah membuat mereka terlibat perkelahian dengan klan pimpinan Alcheon. Sudah tentu, keributan antar pasukan satu kubu di tengah perang adalah sebuah kejahatan dan pelakunya harus dihukum.
Belum sempat diambil tindakan, tiba-tiba Seolwon muncul. Selain meminta Alcheon dan Seokpum menjaga benteng, sang jendral memberi pengumuman mengejutkan : ia menunjuk Yushin dan anggota klan Kembang Naga untuk ikut terjun ke medan pertempuran.
The Great Queen Seon Deok Episode 10
Yang lebih mengenaskan lagi, hwarang yang lebih senior seperti Seokpum (Hong Kyung-in) dan Alcheon (Lee Seung-hyo) diminta untuk menemani Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) di garis belakang. Meski kesal, sebagai prajurit mereka harus menerima keputusan.
Sebelum berangkat ke medan perang, Seolwon (Jun Noh-min) menitipkan surat untuk Kim Seohyeon, yang baru boleh dibuka empat jam setelah kepergiannya. Tidak jauh dari sana, Yushin (Uhm Tae-woong) berpesan pada klan Kembang Naga untuk tidak membuat keonaran sepeninggal dirinya.
Gerakan pasukan Shilla yang berjumlah besar menarik perhatian mata-mata Baekje. Rupanya, itulah yang diharapkan Seolwon. Begitu Kim Seohyeon membaca surat, sang ipar raja baru sadar kalau Seolwon hanya mengalihkan perhatian, sementara tujuan utama adalah menyerang gerbang pertama benteng Ahmak.
Yang membuat Kim Seohyeon kuatir adalah : sebelum menyerang benteng Ahmak, mereka harus lebih dulu menundukkan garis pertahanan Baekje yang terletak di dataran tinggi dimana terdapat pasukan panah.
Begitu diberitahu strategi yang bakal dilakukan, klan Kembang Naga yang berada dibawah pimpinan Alcheon (terutama Shiyeol (Moon Ji-yoon)) langsung pucat-pasi. Kondisi makin kontras ketika mereka mulai terjun ke medan perang, Klan Kembang Naga benar-benar terlihat seperti sekelompok orang amatir.
Saat tengah mengendap-ngendap mendekati musuh, terjadi insiden : Shiyeol, yang ketakutan melihat seekor ular, berteriak sehingga penyamaran pasukan Shilla terbongkar. Untungnya, pasukan pimpinan Alcheon berhasil menaklukkan musuh sebelum jatuh lebih banyak korban.
Setelah menaklukkan gerbang pertama, Alcheon yang geram sempat hendak mengeksekusi Shiyeol yang penakut karena dianggap membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Namun, ucapan Deokman (Lee Yo-won) ditambah kemunculan Kim Seohyeon membuatnya harus mengurungkan niat.
Perintah bagi Kim Seohyeon ternyata tidak hanya sampai disitu, Seolwon menginstruksikan supaya menyerang dan menaklukkan benteng Ahmak. Padahal, pasukan Shilla yang tersisa tidak sebanding dengan pasukan Baekje yang ada di benteng Ahmak.
Ditaklukkannya barisan pertahanan pertama benteng Ahmak membuat Jendral Boopae dari Baekje yang berkedudukan di benteng Seokham kaget setengah mati. Marah karena merasa dirinya ditipu, ia langsung memerintahkan lima ribu pasukan untuk merebut kembali garis depan benteng Ahmak.
Seolwon memang benar-benar jendral yang ahli strategi, rupanya tujuan utama sejak semula adalah mengurangi kekuatan di benteng Seokham supaya lebih mudah diserang, sementara pasukan Kim Seohyeon hanya pancingan.
Satu-satunya yang sadar akan bahaya yang bakal menimpa Kim Seohyeon adalah Yushin, namun permintaannya supaya Seolwon mengirimkan bala bantuan hanya ditertawakan oleh sang jendral. Rupanya, sejak semula Seolwon hendak mengorbankan Kim Seohyeon dan pasukannya.
Keadaan makin genting dihadapi pasukan Kim Seohyeon, satu-persatu pos pertahanan Shilla telah ditaklukkan pasukan Baekje yang datang dari benteng Seokham. Posisi mereka terjepit oleh dua tentara sekaligus : dari benteng Ahmak dan bala bantuan dari benteng Seokham.
Satu-satunya kesempatan yang diberikan Seolwon adalah mengirim Yushin sebagai kurir untuk menyuruh Kim Seohyeon dan pasukannya mundur sebelum bala tentara Baekje datang.
Di istana, strategi jitu yang dijalankan Seolwon mampu ditebak oleh Mishil (Go Hyeon-jeong), dan disambut dengan tawa lebar Misaeng (Jun Woong-in). Sang adik lebih kaget lagi saat tahu Mishil mampu mengetahui strategi Seolwon hanya dengan melihat keadaan.
Meski tahu kalau strategi perang yang dijalankan Mishil dan kelompoknya tidak cuma demi menaklukkan benteng yang dikuasai Baekje melainkan sekaligus melenyapkan Kim Seohyeon, Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) tidak bisa berbuat apa-apa.
Dikurung oleh bala tentara Baekje, Alcheon dan pasukannya serta klan Kembang Naga kelabakan. Di saat terakhir, Alcheon memerintahkan supaya para hwarang dan nangdo (calon hwarang) berani menghadapi musuh dengan gagah-berani dan mengorbankan nyawa mereka.
Namun, Deokman yang tidak mau mati konyol mendadak teringat akan strategi lingkaran yang pernah diajarkan Yushin dan langsung memerintahkan pasukan yang tersisa untuk mengikuti perintahnya. Sayangnya karena kalah jumlah, tak lama kemudian satu-persatu prajurit Shilla gugur.
Begitu sampai, Yushin langsung menyampaikan pesan pada sang ayah supaya mundur. Wajahnya langsung pucat saat tahu hanya segelintir dari klan Kembang Naga yang selamat. Bahkan, Deokman diduga telah tewas di medan pertempuran.
The Great Queen Seon Deok Episode 11
Terkejut mendapat serangan mendadak, nyawa Yushin (Uhm Tae-woong) berada di ujung tanduk... sampai tiba-tiba seseorang memanah prajurit Baekje dari belakang. Orang tersebut adalah Deokman (Lee Yo-won), yang ternyata masih hidup.
Di istana, Putri Cheonmyeong kaget saat diberitahu kalau kurir yang diutus untuk menemui Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) adalah Yushin. Berusaha meminta Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) untuk mengirim bantuan, niat tersebut ditentang oleh Mishil (Go Hyeon-jeong) karena itu berarti Shilla, yang tengah dalam negosiasi gencatan senjata, masuk ke wilayah Baekje.
Di medan pertempuran, Kim Seohyeon menugaskan Alcheon sebagai pimpinan pasukan untuk memancing Baekje. Punya peran penting yaitu menyelamatkan ribuan pasukan yang tersisa, Alcheon (Lee Seung-hyo) tidak segan-segan menebas anggota pasukannya yang terluka parah dan tidak bisa bergerak.
Aksi tersebut sempat diprotes Deokman, yang menganggap tindakan Alcheon tidak berperikemanusiaan. Namun Alcheon punya alasan sendiri : prajurit yang tidak bisa bertempur hanya akan memperlambat gerak pasukan dan membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Keruan saja, hal ini membuat Shiyeol (Moon Ji-yoon) yang terluka tangannya semakin ketakutan.
Pasukan Baekje akhirnya berhasil dipancing meski korban yang jatuh tidak sedikit, Deokman ditugaskan untuk memantau keadaan bersama Shiyeol, yang lagi-lagi berulah karena ketakutan. Dengan suara tinggi, Deokman menyebut bahwa bila ingin hidup, Shiyeol harus berjuang mati-matian mempertahankan nyawa.
Dari salah seorang prajurit Shilla yang sekarat, Deokman mendapat kabar penting yang harus disampaikan kepada Alcheon : seluruh tempat telah dikuasai pasukan Baekje termasuk tempat dimana pasukan pengalih perhatian berencana untuk berkumpul kembali dengan Kim Seohyeon.
Sekonyong-konyong muncul pasukan Baekje, yang salah satu panahnya berhasil melukai Alcheon. Seperti perjanjian semula, Alcheon meminta supaya dirinya dihabisi. Tidak tahan lagi melihat aksi pembantaian, Deokman menelan surat yang berisi informasi tempat pertemuan dengan Kim Seohyeon dan mengancam tidak akan memberitahu lokasinya bila Alcheon dibunuh.
Ucapan Deokman masuk akal : jauh lebih baik bila pasukan yang tersisa (termasuk yang terluka) berjuang bersama-sama untuk menghadang pasukan Shilla. Keberanian Deokman melawan perintah atasan membuat Yushin marah, namun ucapan sang nangdo membuatnya tidak berkutik.
Dasar beruntung, Yushin mendapat ide baru untuk menghalau pasukan Baekje berkat ketidaksengajaannya mendengar pertengkaran Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) : menggunakan daun tanaman beracun.
Strategi tersebut sukses menghancurkan pasukan Baekje, bahkan Shiyeol yang penakut berhasil menaklukkan salah seorang panglima musuh. Namun bayarannya sangat mahal : keberanian Shiyeol adalah untuk yang terakhir kalinya, ia tewas dengan diiringi isak tangis pasukan Kembang Naga.
Intrik berlanjut di istana, Mishil yang mengira Kim Seohyeon sudah tewas mengusulkan untuk mempersiapkan upacara penghormatan. Namun kejutan terjadi : Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) muncul bersama Putri Manmyeong (Im Ye-jin), ibu Yushin, dengan membawa kabar kalau Ibu Suri Manho (Jung Hye-sun) sudah menerima Kim Seohyeon sebagai menantu.
Itu artinya status Kim Seohyeon sebagai seorang bangsawan sudah pulih, sejumlah daerah yang semula merupakan miliknya dikembalikan. Tidak cuma itu, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) mengusulkan supaya ipar Raja Jinpyeong itu diangkat sebagai wakil menteri pertahanan dan diijinkan untuk menghadiri rapat para pentolan hwarang.
Kalah posisi, Mishil masih bisa tersenyum sambil menyebut bahwa permintaan Putri Cheonmyeong itu baru bisa terealisasi bila Kim Seohyeon bisa kembali dengan selamat. Di medan pertempuran, pasukan pimpinan Yushin akhirnya bisa bertemu dengan sisa pasukan pimpinan Seokpum (Hong Kyung-in), sayangnya keberadaan Kim Seohyeon belum diketahui.
Di tengah keadaan yang semakin genting karena tambahan pasukan Baekje sudah mengepung, Seokpum yang diserahi jabatan pimpinan malah berniat menghabisi Deokman yang dianggap punya niat memberontak karena membantah perintah atasan. Sudah tentu, Yushin dan Alcheon beserta para prajurit yang tersisa langsung membela Deokman.
Sempat berniat menghunus pedangnya, Yushin yang emosi akhirnya meminta supaya diberi kesempatan untuk menghadapi pasukan Baekje bersama klan Kembang Naga sementara Seokpum membawa prajurit yang tersisa ke perbatasan.
Sebelum turun ke medan laga, Yushin menyerahkan sobekan bendera Kembang Naga yang dipegangnya kepada Seokpum sambil meminta hwarang itu menaruhnya di Seorabol untuk mengenang klannya yang sudah berkorban demi Shilla. Setelah itu, Yushin bersama klan Kembang Naga berhadapan dengan prajurit Baekje dalam pertempuran hidup dan mati.
The Great Queen Seon Deok Episode 12
Di perbatasan, pasukan Shilla menanti kembalinya mereka yang bertempur dengan Baekje dengan perasaan waswas. Saat membalikkan badan untuk kembali, tiba-tiba muncul Alcheon (Lee Seung-hyo) yang dipapah oleh Seokpum (Hong Kyung-in) beserta pasukan mereka.
Tak berapa lama, kejutan berlanjut : Yushin (Uhm Tae-woong) berhasil kembali dengan selamat beserta para nangdo (calon hwarang) klan Kembang Naga. Ternyata bukan cuma Yushin, Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) juga selamat setelah ditolong orang misterius.
Di Seorabol ibukota Shilla, semua pihak yang ikut terjun di pertempuran melawan Baekje mendapat hadiah mulai dari Seolwon yang terpilih sebagai menteri pertahanan, Kim Seohyeon sebagai wakilnya, dan Yushin yang mendapat sebidang tanah.
Kegembiraan tidak cuma dirasakan sampai disitu, jasa klan Kembang Naga yang begitu besar akhirnya membuat mereka diterima secara resmi sebagai bagian dari kelompok hwarang. Untuk merayakan keberhasilan tersebut, digelar acara jamuan besar-besaran.
Sempat terjadi insiden kecil ketika Seokpum yang mabuk mulai menyindir Yushin yang dianggap mendapat hadiah besar karena dirinya adalah anak emas Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin). Yushin yang semula diam langsung bereaksi ketika Seokpum mulai menghina Putri Cheonmyeong, namun dengan cepat Bojong (Kwak Jung-wook) mampu menengahi.
Di kediaman Mishil (Go Hyeon-jeong), rapat berlangsung sedikit panas. Seolwon (Jun Noh-min) menyalahkan dirinya karena strategi yang sudah disusun ternyata tidak mampu melenyapkan Kim Seohyeon. Yang terjadi malah kebalikan, perang terakhir membuat posisi Kim Seohyeon semakin kuat.
Yang paling kebakaran jenggot adalah Hajong, yang langsung meminta sang ibu untuk segera bertindak. Namun Mishil ternyata punya rencana lain, ia meminta Sejong (Dok Go-young) untuk menggelar acara jamuan makan untuk menghormati mereka, termasuk Kim Seohyeon, yang kembali dengan selamat dari pertempuran melawan Baekje.
Mishil memang luar biasa. Di acara jamuan makan, ia dengan tegas menekankan bahwa selain keahlian, untuk memenangkan perang juga butuh keberuntungan. Sambil menatap tajam Kim Seohyeon, Mishil mengisyaratkan bahwa apa yang diraih sang rival hanyalah kebetulan semata. Di luar dugaan, diam-diam Bojong punya rencana sendiri.
Di acara pesta, Yushin yang mulai mabuk mulai meracau didepan Deokman (Lee Yo-won) tentang perhatian Putri Cheonmyeong yang begitu besar padanya. Sudah tentu ucapan itu membuat Deokman kebingungan, pasalnya ia merasa sama sekali tidak mengenal sang putri.
Saat tengah berpikir keras, Deokman dikejutkan oleh lemparan batu. Rupanya, yang berusaha memanggilnya adalah biksuni sahabat karibnya. Tidak sadar kalau sang biksuni adalah Putri Cheonmyeong, Deokman dengan gembira menceritakan pengalamannya di medan perang.
Apes bagi Deokman. Setelah ditinggal Putri Cheonmyeong, ia berpapasan dengan hwarang yang baru saja melakukan percobaan pembunuhan terhadap Kim Seohyeon. Dengan licik, hwarang bernama Hwajung tersebut menarik Deokman ke depan Seolwon dan Bojong serta menuduhnya sebagai pelaku.
Akibatnya fatal, Deokman ditangkap dan disiksa supaya buka mulut tentang dalang di balik semua kejadian. Mendengar apa yang terjadi, Putri Cheonmyeong terkejut dan meminta Raja Jinpyeong untuk turun tangan, namun sang raja menolak karena itu berarti tingkah sang putri yang kerap bertemu Deokman yang hanya seorang nangdo bakal mencemarkan nama baik keluarga raja.
Yang paling terpukul adalah Yushin, ia tidak percaya Deokman nekat mencoba membunuh ayahnya. Kepada Yushin, Deokman mengaku tidak bersalah dan dirinya hanya menemui biksuni yang pernah dikenalnya sebelum masuk istana. Berusaha melacak keberadaan jejak sang biksuni misterius, samar-samar Yushin teringat sesuatu.
Dari Jukbang (Lee Moon-shik), Yushin mendapat ide untuk menjebak pelaku sebenarnya. Begitu mendengar kalau Yushin berhasil menemukan biksuni yang bersama Deokman di malam Kim Seohyeon nyaris dibunuh, Bojong yang panik langsung mengutus anak buahnya untuk menghabisi sang biksuni.
Strategi tersebut berhasil, Yushin berhasil meringkus pelaku yang asli dengan menggunakan Jukbang yang menyamar sebagai biksuni. Saat Deokman tengah diinterogasi oleh Mishil dan Seolwon, Yushin muncul sambil membawa pelaku yang asli.
Siapa sangka, Hwajung mengaku kalau perbuatannya adalah karena dendam bangsa Gaya, yang ditaklukkan Shilla, terhadap keluarga Kim Seohyeon yang ingkar janji. Setelah mengakui semua perbuatannya, Hwajung bunuh diri dengan menusukkan tubuhnya ke pedang yang tengah dihunus Yushin.
Keadaan semakin heboh ketika Putri Cheonmyeong tiba-tiba muncul. Berada dalam kondisi susah-payah, Deokman samar-samar melihat sosok sang putri dan langsung terkejut.
Begitu sadar, Deokman (Nam Ji-hyun) terkejut melihat Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung) ada didepannya. Terbelalak melihat gadis itu nekat terjun menyelamatkannya, Deokman memeluk sang putri dengan wajah berseri-seri.
Malamnya di api unggun, Putri Cheonmyeong langsung mengajak Deokman untuk mencari Munno di biara Yeorae setelah mendengar alasan sahabat barunya itu. Saat hendak membersihkan rambut Deokman, sang putri sedikit terkejut saat tahu Deokman mempunyai tanda lahir yang sama dengannya.
Namun begitu sampai, biara malah telah dikuasai oleh segerombolan pria bertopeng (yang dipimpin oleh Bojong (Kwak Jung-wook)). Terjadi kejar-kejaran, Deokman dan Putri Cheonmyeong sempat nyaris jadi tawanan, namun di saat genting muncul pasukan kerajaan yang dipimpin Imjong (Kang Suk).
Sebuah panas yang dilepaskan Bojong (yang mengenakan topeng) langsung membuat Putri Cheongmyeong jatuh terguling-guling, disusul oleh Deokman dan Bojong, yang terkena panah Imjong.
Bisa dibayangkan, bagaimana marahnya Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) mendengar apa yang terjadi di biara Yeorae. Kuatir dengan keselamatan putrinya, ia memutuskan untuk datang sendiri ke biara yang terletak di propinsi Manno dan dipimpin oleh adik iparnya Kim Sohyeon (Jung Sung-mo).
Kesempatan itu digunakan oleh Mishil (Go Hyeon-jeong) untuk menekan Kim Sohyeon, ia menyebut sang gubernur harus membayar mahal bila Putri Cheonmyeong tidak berhasil ditemukan.
Di pinggir sebuah sungai, Putri Cheonmyeong ditemukan dalam keadaan tidak sadar oleh Kim Yushin (Lee Hyun-woo). Sayangnya terjadi kesalahpahaman, Yushin menemukan gioknya di saku baju yang dikenakan sang putri sehingga mengiranya sebagai pencuri.
Dengan suara tinggi, Putri Cheonmyeong memerintahkan supaya dirinya dilepaskan dan dibawa ke hadapan Kim Sohyeon. Ucapan itu malah membuat Yushin berang, ia membiarkan Putri Cheonmyeong dalam keadaan terikat dan menyaksikannya berlatih.
Keduanya terlibat adu mulut, Putri Cheonmyeong sempat tersentak ketika perkataan Yushin tentang kejujuran mengingatkan akan dirinya sendiri saat berbicara dengan Mishil. Dengan lemas, Putri Cheonmyeong terduduk dan menunggu Yushin menyelesaikan latihannya.
Sementara itu, Deokman di tempat terpisah tengah merawat Bojong yang luka parah terkena panah. Nasib kembali mempertemukannya dengan Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam).
Rupanya meski berprofesi sebagai penipu, Jukbang cukup handal sebagai seorang tabib. Deokman langsung gembira melihat Bojong berhasil diselamatkan, namun kembali marah-marah saat tahu cincin pria itu berhasil dicuri Jukbang.
Saat mengantar Putri Cheonmyeong ke pengadilan, Yushin dan para bawahannya melihat pengumuman. Wajahnya langsung berubah pucat saat membaca pengumuman itu, ia sadar kalau yang ada dihadapannya bukanlah pencuri melainkan Putri Cheonmyeong.
Di luar dugaan, Putri Cheonmyeong di hadapan Raja Jinpyoeng menyebut Yushin sangat berjasa menyelamatkan nyawanya. Saat bicara bertiga dengan Mishil, ia langsung membela Kim Sohyeon yang semula hendak ditimpakan kesalahan atas kejadian di biara Yeongrae.
Dengan cepat, Putri Cheonmyeong membalikkan kecurigaan ke kubu Mishil khususnya Bojong, yang disebut tengah pergi ke suatu tempat. Wajah Raja Jinpyeong langsung kuatir melihat putrinya nekat berhadapan dengan Mishil, namun Putri Cheonmyeong menyebut itu adalah ujian baginya.
Diam-diam, Seolwon (Jun Noh-min) siap membayar dalam jumlah besar bagi siapapun yang berhasil menemukan putranya Bojong. Begitu tahu, Jukbang dan Godo langsung kembali ke gubuk tempat Bojong dirawat, dan kembali bertemu Deokman.
Berhasil membujuk Deokman, Jukbang dan Godo berjanji bakal menjadi penunjuk jalan bagi pasukan. Siapa sangka kali ini mereka tidak hanya berhadapan dengan Seolwon, melainkan langsung dengan Mishil sendiri.
The Great Queen Seon Deok Episode8
Begitu sadar kalau yang ada dihadapannya adalah Mishil (Go Hyeon-jeong), wajah Jukbang (Lee Moon-shik) langsung pucat. Godo (Ryu Dam) yang tidak sadar akan bahaya terus mengoceh, ia heran melihat Jukbang terdiam.
Begitu ada kesempatan, Jukbang dan Godo langsung lari tunggang-langgang karena takut mereka bakal dihabisi setelah Bojong (Kwak Jung-wook) ditemukan. Dengan geram, Seolwon (Jun Noh-min) langsung memerintahkan supaya keduanya ditemukan dengan segala cara.
Di istana, Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung) yang tengah berbincang-bincang dengan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dan Yongchun (Do Yi-sung) sangat yakin kalau Mishil tidak akan mampu membuktikan keberadaan Bojong, namun mereka ternyata salah.
Melihat Deokman ada di gubuk tempat Bojong semula dirawat, Jukbang dan Godo buru-buru menariknya pergi. Namun di tengah kota, keduanya berhasil ditangkap oleh anak buah Mishil. Tidak kehabisan akal, Deokman sengaja membuat kegaduhan supaya kehadirannya menarik perhatian.
Deokman yang tidak perduli kalau dihadapannya adalah Raja Jinpyeong langsung menunjuk Bojong sebagai orang yang ada saat kemelut di kuil Yeorae. Sudah tentu Bojong membantah, namun Deokman mengeluarkan bukti kuat yang dimilikinya : cincin yang dicuri oleh Jukbang.
Tidak cuma itu, dengan berani Deokman mendatangi Mishil yang sempat sekilas dilihatnya di hutan. Tanpa basa-basi, gadis yang menyamar sebagai pria itu meminta supaya Jukbang dan Godo (yang diakuinya sebagai ayah dan kakak) untuk segera dibebaskan.
Ucapan blak-blakan Deokman membuat Mishil mati kutu. Bahkan berkat perintah Raja Jinpyeong, Jukbang dan Godo yang nyaris dieksekusi akhirnya dibebaskan. Di hadapan sang ayah, Putri Cheonmyeong mengakui semua termasuk soal dirinya yang telah melahirkan seorang putra.
Atas permintaan Putri Cheonmyeong, Kim Yushin dan Deokman akhirnya dibawa kembali ke Seorabol sebagai nangdo alias calon anggota Hwarang. Tentu saja, Jukbang dan Godo, yang mengemis-ngemis pada Deokman untuk ikut diselamatkan, tidak ketinggalan.
Sudah tentu, masuknya Deokman, Jukbang, dan Godo diprotes oleh para anak buah Yushin. Namun, pemuda berhati lurus itu menyebut tidak akan main-main saat menggembleng ketiganya.
Begitu sampai di Seorabol, Putri Cheonmyeong (yang menggunakan cadar) mengambil kembali posisinya sebagai pimpinan tertinggi pasukan hwarang sekaligus menobatkan Yushin dan anak buahnya sebagai bagian dari pasukan elit kerajaan Shilla tersebut.
Dari situlah cobaan dimulai. Sepeninggal Putri Cheonmyeong, Bojong dan pasukan hwarang lain menolak kehadiran Yushin dan anak buahnya. Bahkan setelah menang, Bojong merobek separuh bendera pasukan Yushin dan mengambilnya.
Begitu tahu kalau Putri Cheonmyeong telah melahirkan seorang putra, Mishil langsung tertawa sehingga membuat para sekutunya sedikit gemetar ketakutan. Rupanya, Mishil melihat Putri Cheonmyeong bagai dirinya di masa lalu.
Penasaran dengan sosok lain yang berani menghadapinya, Mishil minta supaya Deokman dibawa kehadapannya. Lagi-lagi, Deokman berani membantah Mishil saat ditanya hubungan antara dirinya dengan Munno.
Pembicaraan keduanya terhenti oleh kemunculan mendadak Yongchun, yang sadar kalau Deokman ada dalam bahaya. Begitu sampai di luar, Deokman menanyakan soal papan nama Chilseok (Ahn Kil-kang) yang sempat dilihatnya. Rupanya, semua orang menyangka Chilseok sudah mati.
Menghilangnya Deokman membuat Yushin marah, ia menghukum sang bawahan dengan karung pasir yang harus diikat di kaki. Dalam kondisi biasa saja, Deokman belum tentu bisa mengimbangi rekan-rekannya sesama nangdo saat berlari jarak jauh, apalagi setelah kakinya diikat karung pasir.
Karena jadi orang terakhir yang sampai, Deokman kembali mendapat 'hadiah' satu karung pasir lagi. Kejadian itu lama-lama membuat gadis yang menyamar sebagai pria itu terbiasa, namun ia tetap tidak kehilangan keoptimisannya. Dan tidak terasa, tahun-tahun berlalu begitu cepat.
The Great Queen Seon Deok Episode 9
Sebagai orang terakhir, Deokman (Lee Yo-won) terus-menerus mendapat hukuman dari pimpinan klan Kembang Naga Kim Yushin (Uhm Tae-woong). Meski jengkel, gadis yang menyamar sebagai pria itu tetap menurut.
Meski dicap anggota paling lemah, Deokman punya satu hal yang tidak dimiliki rekan-rekannya : keinginan untuk menjadi lebih baik. Bahkan saat semuanya istirahat, ia tidak ragu-ragu berlatih memanah sendirian sambil mempelajari teknik yang benar.
Cobaan bagi Deokman dan rekan-rekannya tidak hanya dari Yushin yang kerap memberikan latihan ekstra keras, melainkan juga dari klan hwarang lain yang dipimpin oleh Seokpum (Hong Kyung-in).
Di istana, berita jatuhnya benteng Sokham membuat Raja Jinpyeong kuatir. Namun saat penasehat Eulje (Shin Goo) menyarankan supaya Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) memimpin pasukan untuk melakukan serangan balasan, niat tersebut ditentang kubu Mishil (Go Hyeon-jeong).
Lagi-lagi, Raja Jinpyeong tidak berkutik dan hanya bisa mengiyakan ketika Mishil meminta supaya putranya Hajong (Kim Jung-hyun) memimpin pasukan untuk membalas serangan Baekje.
Ketegangan antar klan hwarang memuncak ketika Deokman diganggu Seokpum, yang berusaha mempermalukannya dengan mencopot baju gadis yang dikira sebagai pria itu. Adegan tersebut terlihat oleh anggota klan Kembang Naga lain, sehingga perkelahian antar klan tidak bisa dihindari.
Keributan tersebut kontan menjadi pembicaraan di rapat pimpinan hwarang. Yushin sempat menyebut bahwa keributan disebabkan oleh klan pimpinan Seokpum, namun saat diminta untuk melakukan pembuktian lewat ajang kompetisi antar klan hwarang yang dikenal dengan nama Beejae, pria itu menolak.
Sebagai gantinya, ia menghukum Deokman. Sudah tentu keputusan tersebut membuat emosi anggota klan Kembang Naga, salah satunya Shiyeol (Moon Ji-yoon) berang, mereka menganggap bahwa mundur dari kompetisi adalah tindakan pengecut. Namun, Yushin rupanya punya pertimbangan sendiri.
Sehebat-hebatnya Yushin menghindar, sebuah kejadian yang melibatkan klan Seokpum membuatnya tidak punya pilihan lagi kecuali ikut kompetisi Beejae. Siapa sangka, pertandingan antar klan bisa dihentikan oleh hal yang jauh lebih penting : serangan kerajaan Baekje ke benteng Yeongnam yang letaknya sangat vital bagi Shilla.
Sadar kalau Hajong yang memimpin pasukan Shilla bukan tandingan Baekje, Mishil meminta Raja Jinpyeong untuk mengutus Seolwon (Jun Noh-min) untuk maju ke medan perang. Di tempat lain, Yushin mempersiapkan para anggota klan Kembang Naga untuk pertandingan Beejae.
Begitu sampai di tempat pertandingan, klan Kembang Naga yang telah berpakaian lengkap dikejutkan oleh pengumuman yang disampaikan salah satu petinggi hwarang Hojae (Go Yoon-hoo) : Shilla secara resmi kembali berperang dengan kerajaan Baekje.
Setelah rapat bersama Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin), akhirnya diputuskan untuk menyertakan para pasukan hwarang ke dalam pertempuran, diantaranya klan pimpinan Seokpum, Yushin, dan Alcheon (Lee Seung-hyo).
Di malam sebelum keberangkatan, Deokman diam-diam menyelinap keluar kamp untuk bertemu dengan biksuni yang telah dikenalnya beberapa tahun silam. Tidak sadar kalau biksuni itu adalah Putri Cheonmyeong yang menyamar, Deokman menyampaikan keluh-kesahnya tentang Yushin.
Reputasi klan Kembang Naga yang dianggap lemah membuat mereka terlibat perkelahian dengan klan pimpinan Alcheon. Sudah tentu, keributan antar pasukan satu kubu di tengah perang adalah sebuah kejahatan dan pelakunya harus dihukum.
Belum sempat diambil tindakan, tiba-tiba Seolwon muncul. Selain meminta Alcheon dan Seokpum menjaga benteng, sang jendral memberi pengumuman mengejutkan : ia menunjuk Yushin dan anggota klan Kembang Naga untuk ikut terjun ke medan pertempuran.
The Great Queen Seon Deok Episode 10
Yang lebih mengenaskan lagi, hwarang yang lebih senior seperti Seokpum (Hong Kyung-in) dan Alcheon (Lee Seung-hyo) diminta untuk menemani Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) di garis belakang. Meski kesal, sebagai prajurit mereka harus menerima keputusan.
Sebelum berangkat ke medan perang, Seolwon (Jun Noh-min) menitipkan surat untuk Kim Seohyeon, yang baru boleh dibuka empat jam setelah kepergiannya. Tidak jauh dari sana, Yushin (Uhm Tae-woong) berpesan pada klan Kembang Naga untuk tidak membuat keonaran sepeninggal dirinya.
Gerakan pasukan Shilla yang berjumlah besar menarik perhatian mata-mata Baekje. Rupanya, itulah yang diharapkan Seolwon. Begitu Kim Seohyeon membaca surat, sang ipar raja baru sadar kalau Seolwon hanya mengalihkan perhatian, sementara tujuan utama adalah menyerang gerbang pertama benteng Ahmak.
Yang membuat Kim Seohyeon kuatir adalah : sebelum menyerang benteng Ahmak, mereka harus lebih dulu menundukkan garis pertahanan Baekje yang terletak di dataran tinggi dimana terdapat pasukan panah.
Begitu diberitahu strategi yang bakal dilakukan, klan Kembang Naga yang berada dibawah pimpinan Alcheon (terutama Shiyeol (Moon Ji-yoon)) langsung pucat-pasi. Kondisi makin kontras ketika mereka mulai terjun ke medan perang, Klan Kembang Naga benar-benar terlihat seperti sekelompok orang amatir.
Saat tengah mengendap-ngendap mendekati musuh, terjadi insiden : Shiyeol, yang ketakutan melihat seekor ular, berteriak sehingga penyamaran pasukan Shilla terbongkar. Untungnya, pasukan pimpinan Alcheon berhasil menaklukkan musuh sebelum jatuh lebih banyak korban.
Setelah menaklukkan gerbang pertama, Alcheon yang geram sempat hendak mengeksekusi Shiyeol yang penakut karena dianggap membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Namun, ucapan Deokman (Lee Yo-won) ditambah kemunculan Kim Seohyeon membuatnya harus mengurungkan niat.
Perintah bagi Kim Seohyeon ternyata tidak hanya sampai disitu, Seolwon menginstruksikan supaya menyerang dan menaklukkan benteng Ahmak. Padahal, pasukan Shilla yang tersisa tidak sebanding dengan pasukan Baekje yang ada di benteng Ahmak.
Ditaklukkannya barisan pertahanan pertama benteng Ahmak membuat Jendral Boopae dari Baekje yang berkedudukan di benteng Seokham kaget setengah mati. Marah karena merasa dirinya ditipu, ia langsung memerintahkan lima ribu pasukan untuk merebut kembali garis depan benteng Ahmak.
Seolwon memang benar-benar jendral yang ahli strategi, rupanya tujuan utama sejak semula adalah mengurangi kekuatan di benteng Seokham supaya lebih mudah diserang, sementara pasukan Kim Seohyeon hanya pancingan.
Satu-satunya yang sadar akan bahaya yang bakal menimpa Kim Seohyeon adalah Yushin, namun permintaannya supaya Seolwon mengirimkan bala bantuan hanya ditertawakan oleh sang jendral. Rupanya, sejak semula Seolwon hendak mengorbankan Kim Seohyeon dan pasukannya.
Keadaan makin genting dihadapi pasukan Kim Seohyeon, satu-persatu pos pertahanan Shilla telah ditaklukkan pasukan Baekje yang datang dari benteng Seokham. Posisi mereka terjepit oleh dua tentara sekaligus : dari benteng Ahmak dan bala bantuan dari benteng Seokham.
Satu-satunya kesempatan yang diberikan Seolwon adalah mengirim Yushin sebagai kurir untuk menyuruh Kim Seohyeon dan pasukannya mundur sebelum bala tentara Baekje datang.
Di istana, strategi jitu yang dijalankan Seolwon mampu ditebak oleh Mishil (Go Hyeon-jeong), dan disambut dengan tawa lebar Misaeng (Jun Woong-in). Sang adik lebih kaget lagi saat tahu Mishil mampu mengetahui strategi Seolwon hanya dengan melihat keadaan.
Meski tahu kalau strategi perang yang dijalankan Mishil dan kelompoknya tidak cuma demi menaklukkan benteng yang dikuasai Baekje melainkan sekaligus melenyapkan Kim Seohyeon, Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) tidak bisa berbuat apa-apa.
Dikurung oleh bala tentara Baekje, Alcheon dan pasukannya serta klan Kembang Naga kelabakan. Di saat terakhir, Alcheon memerintahkan supaya para hwarang dan nangdo (calon hwarang) berani menghadapi musuh dengan gagah-berani dan mengorbankan nyawa mereka.
Namun, Deokman yang tidak mau mati konyol mendadak teringat akan strategi lingkaran yang pernah diajarkan Yushin dan langsung memerintahkan pasukan yang tersisa untuk mengikuti perintahnya. Sayangnya karena kalah jumlah, tak lama kemudian satu-persatu prajurit Shilla gugur.
Begitu sampai, Yushin langsung menyampaikan pesan pada sang ayah supaya mundur. Wajahnya langsung pucat saat tahu hanya segelintir dari klan Kembang Naga yang selamat. Bahkan, Deokman diduga telah tewas di medan pertempuran.
The Great Queen Seon Deok Episode 11
Terkejut mendapat serangan mendadak, nyawa Yushin (Uhm Tae-woong) berada di ujung tanduk... sampai tiba-tiba seseorang memanah prajurit Baekje dari belakang. Orang tersebut adalah Deokman (Lee Yo-won), yang ternyata masih hidup.
Di istana, Putri Cheonmyeong kaget saat diberitahu kalau kurir yang diutus untuk menemui Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) adalah Yushin. Berusaha meminta Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) untuk mengirim bantuan, niat tersebut ditentang oleh Mishil (Go Hyeon-jeong) karena itu berarti Shilla, yang tengah dalam negosiasi gencatan senjata, masuk ke wilayah Baekje.
Di medan pertempuran, Kim Seohyeon menugaskan Alcheon sebagai pimpinan pasukan untuk memancing Baekje. Punya peran penting yaitu menyelamatkan ribuan pasukan yang tersisa, Alcheon (Lee Seung-hyo) tidak segan-segan menebas anggota pasukannya yang terluka parah dan tidak bisa bergerak.
Aksi tersebut sempat diprotes Deokman, yang menganggap tindakan Alcheon tidak berperikemanusiaan. Namun Alcheon punya alasan sendiri : prajurit yang tidak bisa bertempur hanya akan memperlambat gerak pasukan dan membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Keruan saja, hal ini membuat Shiyeol (Moon Ji-yoon) yang terluka tangannya semakin ketakutan.
Pasukan Baekje akhirnya berhasil dipancing meski korban yang jatuh tidak sedikit, Deokman ditugaskan untuk memantau keadaan bersama Shiyeol, yang lagi-lagi berulah karena ketakutan. Dengan suara tinggi, Deokman menyebut bahwa bila ingin hidup, Shiyeol harus berjuang mati-matian mempertahankan nyawa.
Dari salah seorang prajurit Shilla yang sekarat, Deokman mendapat kabar penting yang harus disampaikan kepada Alcheon : seluruh tempat telah dikuasai pasukan Baekje termasuk tempat dimana pasukan pengalih perhatian berencana untuk berkumpul kembali dengan Kim Seohyeon.
Sekonyong-konyong muncul pasukan Baekje, yang salah satu panahnya berhasil melukai Alcheon. Seperti perjanjian semula, Alcheon meminta supaya dirinya dihabisi. Tidak tahan lagi melihat aksi pembantaian, Deokman menelan surat yang berisi informasi tempat pertemuan dengan Kim Seohyeon dan mengancam tidak akan memberitahu lokasinya bila Alcheon dibunuh.
Ucapan Deokman masuk akal : jauh lebih baik bila pasukan yang tersisa (termasuk yang terluka) berjuang bersama-sama untuk menghadang pasukan Shilla. Keberanian Deokman melawan perintah atasan membuat Yushin marah, namun ucapan sang nangdo membuatnya tidak berkutik.
Dasar beruntung, Yushin mendapat ide baru untuk menghalau pasukan Baekje berkat ketidaksengajaannya mendengar pertengkaran Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) : menggunakan daun tanaman beracun.
Strategi tersebut sukses menghancurkan pasukan Baekje, bahkan Shiyeol yang penakut berhasil menaklukkan salah seorang panglima musuh. Namun bayarannya sangat mahal : keberanian Shiyeol adalah untuk yang terakhir kalinya, ia tewas dengan diiringi isak tangis pasukan Kembang Naga.
Intrik berlanjut di istana, Mishil yang mengira Kim Seohyeon sudah tewas mengusulkan untuk mempersiapkan upacara penghormatan. Namun kejutan terjadi : Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) muncul bersama Putri Manmyeong (Im Ye-jin), ibu Yushin, dengan membawa kabar kalau Ibu Suri Manho (Jung Hye-sun) sudah menerima Kim Seohyeon sebagai menantu.
Itu artinya status Kim Seohyeon sebagai seorang bangsawan sudah pulih, sejumlah daerah yang semula merupakan miliknya dikembalikan. Tidak cuma itu, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) mengusulkan supaya ipar Raja Jinpyeong itu diangkat sebagai wakil menteri pertahanan dan diijinkan untuk menghadiri rapat para pentolan hwarang.
Kalah posisi, Mishil masih bisa tersenyum sambil menyebut bahwa permintaan Putri Cheonmyeong itu baru bisa terealisasi bila Kim Seohyeon bisa kembali dengan selamat. Di medan pertempuran, pasukan pimpinan Yushin akhirnya bisa bertemu dengan sisa pasukan pimpinan Seokpum (Hong Kyung-in), sayangnya keberadaan Kim Seohyeon belum diketahui.
Di tengah keadaan yang semakin genting karena tambahan pasukan Baekje sudah mengepung, Seokpum yang diserahi jabatan pimpinan malah berniat menghabisi Deokman yang dianggap punya niat memberontak karena membantah perintah atasan. Sudah tentu, Yushin dan Alcheon beserta para prajurit yang tersisa langsung membela Deokman.
Sempat berniat menghunus pedangnya, Yushin yang emosi akhirnya meminta supaya diberi kesempatan untuk menghadapi pasukan Baekje bersama klan Kembang Naga sementara Seokpum membawa prajurit yang tersisa ke perbatasan.
Sebelum turun ke medan laga, Yushin menyerahkan sobekan bendera Kembang Naga yang dipegangnya kepada Seokpum sambil meminta hwarang itu menaruhnya di Seorabol untuk mengenang klannya yang sudah berkorban demi Shilla. Setelah itu, Yushin bersama klan Kembang Naga berhadapan dengan prajurit Baekje dalam pertempuran hidup dan mati.
The Great Queen Seon Deok Episode 12
Di perbatasan, pasukan Shilla menanti kembalinya mereka yang bertempur dengan Baekje dengan perasaan waswas. Saat membalikkan badan untuk kembali, tiba-tiba muncul Alcheon (Lee Seung-hyo) yang dipapah oleh Seokpum (Hong Kyung-in) beserta pasukan mereka.
Tak berapa lama, kejutan berlanjut : Yushin (Uhm Tae-woong) berhasil kembali dengan selamat beserta para nangdo (calon hwarang) klan Kembang Naga. Ternyata bukan cuma Yushin, Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) juga selamat setelah ditolong orang misterius.
Di Seorabol ibukota Shilla, semua pihak yang ikut terjun di pertempuran melawan Baekje mendapat hadiah mulai dari Seolwon yang terpilih sebagai menteri pertahanan, Kim Seohyeon sebagai wakilnya, dan Yushin yang mendapat sebidang tanah.
Kegembiraan tidak cuma dirasakan sampai disitu, jasa klan Kembang Naga yang begitu besar akhirnya membuat mereka diterima secara resmi sebagai bagian dari kelompok hwarang. Untuk merayakan keberhasilan tersebut, digelar acara jamuan besar-besaran.
Sempat terjadi insiden kecil ketika Seokpum yang mabuk mulai menyindir Yushin yang dianggap mendapat hadiah besar karena dirinya adalah anak emas Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin). Yushin yang semula diam langsung bereaksi ketika Seokpum mulai menghina Putri Cheonmyeong, namun dengan cepat Bojong (Kwak Jung-wook) mampu menengahi.
Di kediaman Mishil (Go Hyeon-jeong), rapat berlangsung sedikit panas. Seolwon (Jun Noh-min) menyalahkan dirinya karena strategi yang sudah disusun ternyata tidak mampu melenyapkan Kim Seohyeon. Yang terjadi malah kebalikan, perang terakhir membuat posisi Kim Seohyeon semakin kuat.
Yang paling kebakaran jenggot adalah Hajong, yang langsung meminta sang ibu untuk segera bertindak. Namun Mishil ternyata punya rencana lain, ia meminta Sejong (Dok Go-young) untuk menggelar acara jamuan makan untuk menghormati mereka, termasuk Kim Seohyeon, yang kembali dengan selamat dari pertempuran melawan Baekje.
Mishil memang luar biasa. Di acara jamuan makan, ia dengan tegas menekankan bahwa selain keahlian, untuk memenangkan perang juga butuh keberuntungan. Sambil menatap tajam Kim Seohyeon, Mishil mengisyaratkan bahwa apa yang diraih sang rival hanyalah kebetulan semata. Di luar dugaan, diam-diam Bojong punya rencana sendiri.
Di acara pesta, Yushin yang mulai mabuk mulai meracau didepan Deokman (Lee Yo-won) tentang perhatian Putri Cheonmyeong yang begitu besar padanya. Sudah tentu ucapan itu membuat Deokman kebingungan, pasalnya ia merasa sama sekali tidak mengenal sang putri.
Saat tengah berpikir keras, Deokman dikejutkan oleh lemparan batu. Rupanya, yang berusaha memanggilnya adalah biksuni sahabat karibnya. Tidak sadar kalau sang biksuni adalah Putri Cheonmyeong, Deokman dengan gembira menceritakan pengalamannya di medan perang.
Apes bagi Deokman. Setelah ditinggal Putri Cheonmyeong, ia berpapasan dengan hwarang yang baru saja melakukan percobaan pembunuhan terhadap Kim Seohyeon. Dengan licik, hwarang bernama Hwajung tersebut menarik Deokman ke depan Seolwon dan Bojong serta menuduhnya sebagai pelaku.
Akibatnya fatal, Deokman ditangkap dan disiksa supaya buka mulut tentang dalang di balik semua kejadian. Mendengar apa yang terjadi, Putri Cheonmyeong terkejut dan meminta Raja Jinpyeong untuk turun tangan, namun sang raja menolak karena itu berarti tingkah sang putri yang kerap bertemu Deokman yang hanya seorang nangdo bakal mencemarkan nama baik keluarga raja.
Yang paling terpukul adalah Yushin, ia tidak percaya Deokman nekat mencoba membunuh ayahnya. Kepada Yushin, Deokman mengaku tidak bersalah dan dirinya hanya menemui biksuni yang pernah dikenalnya sebelum masuk istana. Berusaha melacak keberadaan jejak sang biksuni misterius, samar-samar Yushin teringat sesuatu.
Dari Jukbang (Lee Moon-shik), Yushin mendapat ide untuk menjebak pelaku sebenarnya. Begitu mendengar kalau Yushin berhasil menemukan biksuni yang bersama Deokman di malam Kim Seohyeon nyaris dibunuh, Bojong yang panik langsung mengutus anak buahnya untuk menghabisi sang biksuni.
Strategi tersebut berhasil, Yushin berhasil meringkus pelaku yang asli dengan menggunakan Jukbang yang menyamar sebagai biksuni. Saat Deokman tengah diinterogasi oleh Mishil dan Seolwon, Yushin muncul sambil membawa pelaku yang asli.
Siapa sangka, Hwajung mengaku kalau perbuatannya adalah karena dendam bangsa Gaya, yang ditaklukkan Shilla, terhadap keluarga Kim Seohyeon yang ingkar janji. Setelah mengakui semua perbuatannya, Hwajung bunuh diri dengan menusukkan tubuhnya ke pedang yang tengah dihunus Yushin.
Keadaan semakin heboh ketika Putri Cheonmyeong tiba-tiba muncul. Berada dalam kondisi susah-payah, Deokman samar-samar melihat sosok sang putri dan langsung terkejut.
The Great Queen Seon Deok Episode 4,5 &6
The Great Queen Seon Deok Episode 4
Rupanya, Chilseok (Ahn Kil-kang) menagih janji Deokman (Nam Ji-hyun) yang berjanji bakal memberinya pekerjaan. Sambil tersenyum, Deokman mengenalkan Chilseok pada Cartan yang berasal dari Eropa.
Sempat kaget dengan gaya berkenalan Cartan yang 'tidak biasa,' Chilseok diajak ke tempat dimana Deokman memperkenalkan cara baru untuk menyelundupkan teh : dengan mengubahnya menjadi bata. Sayang, strategi brilian tersebut dikacaukan oleh kemunculan mendadak para tentara.
Diam-diam, Deokman menggunakan kaca pembesar untuk membakar barang bukti. Akibatnya fatal : Sohwa (Seo Young-hee) mendadak histeris begitu melihat api berkobar. Di tahanan, Deokman sambil bercucuran air mata menceritakan apa yang membuat sang ibu begitu trauma sambil diiringi tatapan curiga Chilseok.
Teriakan panik Deokman supaya Sohwa mendapat perawatan tidak digubris para prajurit. Gubernur Yang, pemimpin daerah Guangdong, memutuskan untuk mengeksekusi mereka yang terlibat penyelundupan teh dimulai dari Cartan. Dengan cepat, Deokman maju dan mengaku dirinya sebagai dalang dari semuanya.
Dengan sedikit ketakutan, Deokman, dibantu Cartan sebagai penerjemah, menyebut apa yang dilakukannya adalah karena kasihan dengan para pedagang yang telah menghabiskan banyak waktu untuk sampai ke Guangdong namun harus sia-sia karena larangan jual-beli teh yang tidak masuk akal.
Wajah Gubernur Yang merah-padam mendengar penuturan Deokman, namun gadis cilik itu tambah berani dan menyebut bahwa gubernur yang tidak memperhatikan rakyatnya tidak pantas untuk memegang kekuasaan. Dengan kesal, Gubernur Yang menyodorkan dua biji dan menyuruh Deokman memilih salah satu diantaranya.
Tidak percaya begitu saja, Deokman langsung mengambil salah satu biji dan menelannya sambil menyebut bahwa bila dugaannya benar, maka biji yang dipegang Gubernur Yang bertuliskan HIDUP. Kecerdasan gadis itu membuat sang gubernur tidak punya pilihan lagi selain membebaskan para pedagang.
Begitu sampai di penginapan, Cartan cuma bisa meringis kesal sekaligus takjub mendengar penuturan Deokman yang menyebut apa yang dikatakannya berasal dari buku. Dibelakangnya, Sohwa yang sempat tersenyum bangga mendadak pucat begitu mendengar Deokman menceritakan asal-usul Chilseok pada Cartan.
Dengan terburu-buru, Sohwa menarik Deokman untuk meninggalkan tempat itu. Saat menuju kamar untuk menyiapkan pakaian, langkah keduanya dihadang oleh Chilseok. Sempat terjadi kejar-kejaran, namun kecerdikan Deokman ditambah keberanian Sohwa membuat keduanya lolos meski kediaman mereka terbakar habis.
Chilseok yang terluka karena tusukan belati Sohwa memaksakan diri untuk mengejar dua orang yang telah dicarinya selama belasan tahun, meski sudah diingatkan kalau matanya bisa buta bila memaksakan diri. Bagaimana dengan Deokman dan Sohwa? Keduanya meninggalkan Guangdong dengan melewati padang pasir.
Saat berteduh di sebuah gua, Sohwa meminta Deokman untuk pergi sejauh mungkin. Namun, Deokman malah meminta supaya keduanya bisa kembali ke Shilla untuk mengetahui asal-usulnya. Sempat melihat surat yang terus disimpan Sohwa, Deokman malah mengira kalau Munno adalah ayah yang menelantarkannya.
Melihat Deokman mencucurkan air mata dan salah sangka, Sohwa langsung memeluk gadis itu dengan erat. Belakangan saat sang putri tengah mengambil air, Sohwa kembali berpapasan dengan Chilseok, keduanya terlibat kejar-kejaran.
Panik dan berusaha untuk memperingati Deokman, Sohwa terjatuh ke pasir hisap. Wajah Deokman langsung pucat, ia berusaha menyelamatkan sang ibu. Sementara itu dari belakang, Chilseok muncul sehingga Sohwa harus mengambil keputusan terberat dalam hidupnya : mengorbankan diri demi Deokman.
The Great Queen Seon Deok Episode 5
Deokman (Nam Ji-hyun) langsung menjerit histeris melihat tubuh Sohwa (Seo Young-hee) menghilang ditelan pasir hisap, ia nyaris saja terjun menyusul sang ibu kalau saja Chilseok (Ahn Kil-kang) tidak mencegah.
Petaka tidak hanya sampai disitu, mendadak badai gurun bertiup kencang. Begitu tersadar kembali, Deokman berada dibawah tumpukan pasir. Usahanya mencari Sohwa sia-sia, gadis itu hanya bisa menangis dan terbaring di tengah padang pasir sampai akhirnya ditemukan oleh Cartan dan para pedagang lain.
Di Seorabol ibukota kerajaan Shilla, Putri Cheonmyeong (Shin Se Kyung) tiba-tiba terbangun setelah bermimpi buruk. Dalam mimpinya, sang suami yang juga merupakan putra dari raja sebelumnya Kim Yongsu (Park Jung-chul) terbunuh dalam sebuah pertempuran melawan musuh.
Pada kenyataannya, Yongsu yang digosipkan bakal menjadi putra mahkota ditentang oleh pasukan hwarang dan para menteri kabinet karena selain statusnya sebagai putra Raja Jinji yang tersingkir, dirinya dianggap belum berjasa sama sekali bagi kerajaan Shilla.
Sadar kalau banyak pihak yang menentang, Yongsu didepan sidang kabinet menyatakan bakal membuktikan diri dengan menaklukkan salah satu wilayah strategis kerajaan Baekje. Melihat Putri Cheonmyeong begitu sedih, Raja Jinpyeong tidak bisa berbuat apa-apa.
Dengan wajah muram, Raja Jinpyeong memberitahukan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang berubah menjadi delapan, dan menyebut Putri Cheonmyeong sebagai satu-satunya harapan untuk menghadapi Mishil. Ucapan itu sukses membuat sang putri mengurungkan niatnya melarang Yongsu untuk bertempur.
Secara mengejutkan, Kim Yongsu berhasil menaklukkan pasukan Baekje sekaligus memenggal kepala salah satu jendralnya. Sayang dalam perjalanan pulang, ia tewas karena dipanah salah seorang prajurit Baekje (seperti yang diimpikan oleh Putri Cheonmyeong).
Kedukaan juga tengah dirasakan Deokman yang baru saja kehilangan ibunya. Seolah seperti mimpi, Sohwa muncul dihadapannya sambil menghibur gadis yang tengah tersedu-sedu itu. Uniknya, hal serupa juga dialami oleh Putri Cheonmyeong, yang seolah melihat suaminya Yongsu ada didepannya.
Saat tengah mendoakan arwah Yongsu di biara, mendadak Mishil (Go Hyeon-jeong) berada di samping Putri Cheonmyeong. Setelah berdoa, wanita itu memeluk Cheongmyeong sambil membisikkan supaya sang putri pergi sejauh mungkin dan melupakan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang tidak masuk akal.
Putri Cheonmyeong akhirnya memutuskan untuk tinggal di biara, permintaan itu membuat Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) kaget. Permintaan itu juga ditentang oleh Kim Yongchun (Do Yi-sung), namun sang adik ipar akhirnya mengerti : Cheonmyeong melakukan semua demi keselamatan bayi yang dikandungnya.
Keputusan besar diambil oleh Deokman, ia memutuskan untuk meninggalkan padang pasir menuju Seorabol untuk mencari tahu asal-usulnya. Sebelum berpisah, sahabatnya Cartan berpesan supaya dalam perjalanannya, Deokman menyamar sebagai seorang pria.
Mata Deokman terbelalak takjub begitu sampai di Seorabol, namun mencari sosok Munno ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dirinya nyaris putus asa, sampai secara tidak sengaja ia mendengar seorang berpakaian rahib mengatakan bahwa tidak semua orang bisa bertemu Munno.
The Great Queen Seon Deok Episode 6
Begitu melihat Deokman (Nam Ji-hyun) antusias, penipu yang berpakaian pendeta bernama asli Jukbang (Lee Moon-shik) langsung pura-pura lemas sementara rekannya Godo (Ryu Dam) pura-pura menyebut hal itu dikarenakan si pendeta baru saja bertapa sambil berpuasa.
Dasar polos, Deokman langsung mentraktir keduanya makan enak. Kedok Jukbang nyaris saja terbongkar ketika anak-anak calon hwarang pimpinan Kim Yushin (Lee Hyun-woo) mengkonfrontirnya karena telah mencuri giok, namun dengan licik pria itu menyelipkan giok tersebut ke saku Deokman.
Tidak cuma itu, Deokman juga diberikan sebuah surat untuk seorang pria bernama Seolji (Jung Ho-geun). Mengira kalau dirinya telah mendapatkan titik terang mengenai lokasi keberadaan Munno, Deokman langsung berjalan dengan riang.
Di istana, Mishil (Go Hyeong-jeong) dan orang-orang kepercayaannya menggelar rapat untuk melacak keberadaan Munno (Jung Ho-bin). Hanya ada satu masalah, Munno diduga berada di wilayah pimpinan Kim Sohyeon (Jung Sung-mo) yang juga merupakan adik ipar raja.
Dengan alasan untuk menangkap pemberontak, Mishil mendatangi Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) yang tengah berpesta bersama para menterinya. Kehadiran Mishil langsung membuat rona gembira wajah Jinpyeong berubah, dengan cepat ia mengiyakan keinginan Mishil.
Masalah sempat timbul saat rapat kabinet. Sebelum Seolwon (Jun Noh-min) berbicara, Sejong (Dok Go-young) memotong dengan menyebut supaya pimpinan pasukan diserahkan pada Hajong (Kim Jung-hyun), putranya dengan Mishil. Alasannya sederhana : meski kedudukannya tinggi, Hajong belum melakukan hal heroik bagi Shilla.
Rupanya Sejong punya niat lain, ia ingin Hajong meraih nama besar sehingga kelak bisa menjadi raja setelah Mishil berkuasa. Niat tersebut bukannya tidak diketahui Seolwon dan Bojong (Kwak Jung-wook), namun rupanya Mishil punya rencana sendiri untuk Bojong, putra hasil hubungannya dengan Seolwon.
Saat hendak menyeberang sungai, Deokman dengan seenaknya naik perahu dan duduk di sebelah wanita berpakaian biksuni yang dikelilingi sejumlah pria. Tidak sadar kalau yang disebelahnya adalah Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung), gadis malang itu sempat dilempar ke dalam sungai oleh para pengawal sang putri.
Tiba-tiba muncul segerombolan pria tak dikenal yang langsung menyerang, Deokman berhasil menyelamatkan Putri Cheonmyeong yang nyaris dipanah. Keduanya sempat adu mulut karena sikap Putri Cheonmyeong yang angkuh, namun permusuhan tersebut terlupakan saat keduanya sama-sama menjadi tawanan.
Sempat sumrigah ketika akhirnya menemukan Seolji, siapa sangka surat dari Jukbang malah menjerumuskan Deokman dan Putri Cheonmyeong (yang identitasnya belum diketahui siapapun) dalam kesulitan besar. Langsung memutar otak, Deokman mengaku kalau dirinya bisa mendatangkan hujan.
Dengan wajah bengis, Seolji memberi Deokman waktu tiga hari. Langsung meminta dibuatkan altar, Deokman dengan tidak kenal lelah bersujud-sembah. Masih belum cukup, ia juga menggali tanah untuk mencari sumber air. Tekad Deokman yang begitu kuat akhirnya meluluhkan hati Seolji dan orang-orang disekitarnya.
Tak berapa lama, hujan mendadak turun seolah langit tersentuh melihat keteguhan hati Deokman. Sayang kegembiraan itu tidak bertahan lama, tiba-tiba pasukan Shilla pimpinan Hajong muncul dan menyerang perkampungan. Untuk kesekian kalinya, Putri Cheonmyeong dan Deokman terlibat pelarian.
Saat tengah berlari untuk meloloskan diri dari kejaran prajurit, Deokman dan Putri Cheonmyeong jatuh terguling-guling. Nasib Deokman sungguh apes, ia nyaris jatuh dari tebing dan satu-satunya yang bisa menolong hanyalah Putri Cheongmyeong yang juga tengah panik.
Rupanya, Chilseok (Ahn Kil-kang) menagih janji Deokman (Nam Ji-hyun) yang berjanji bakal memberinya pekerjaan. Sambil tersenyum, Deokman mengenalkan Chilseok pada Cartan yang berasal dari Eropa.
Sempat kaget dengan gaya berkenalan Cartan yang 'tidak biasa,' Chilseok diajak ke tempat dimana Deokman memperkenalkan cara baru untuk menyelundupkan teh : dengan mengubahnya menjadi bata. Sayang, strategi brilian tersebut dikacaukan oleh kemunculan mendadak para tentara.
Diam-diam, Deokman menggunakan kaca pembesar untuk membakar barang bukti. Akibatnya fatal : Sohwa (Seo Young-hee) mendadak histeris begitu melihat api berkobar. Di tahanan, Deokman sambil bercucuran air mata menceritakan apa yang membuat sang ibu begitu trauma sambil diiringi tatapan curiga Chilseok.
Teriakan panik Deokman supaya Sohwa mendapat perawatan tidak digubris para prajurit. Gubernur Yang, pemimpin daerah Guangdong, memutuskan untuk mengeksekusi mereka yang terlibat penyelundupan teh dimulai dari Cartan. Dengan cepat, Deokman maju dan mengaku dirinya sebagai dalang dari semuanya.
Dengan sedikit ketakutan, Deokman, dibantu Cartan sebagai penerjemah, menyebut apa yang dilakukannya adalah karena kasihan dengan para pedagang yang telah menghabiskan banyak waktu untuk sampai ke Guangdong namun harus sia-sia karena larangan jual-beli teh yang tidak masuk akal.
Wajah Gubernur Yang merah-padam mendengar penuturan Deokman, namun gadis cilik itu tambah berani dan menyebut bahwa gubernur yang tidak memperhatikan rakyatnya tidak pantas untuk memegang kekuasaan. Dengan kesal, Gubernur Yang menyodorkan dua biji dan menyuruh Deokman memilih salah satu diantaranya.
Tidak percaya begitu saja, Deokman langsung mengambil salah satu biji dan menelannya sambil menyebut bahwa bila dugaannya benar, maka biji yang dipegang Gubernur Yang bertuliskan HIDUP. Kecerdasan gadis itu membuat sang gubernur tidak punya pilihan lagi selain membebaskan para pedagang.
Begitu sampai di penginapan, Cartan cuma bisa meringis kesal sekaligus takjub mendengar penuturan Deokman yang menyebut apa yang dikatakannya berasal dari buku. Dibelakangnya, Sohwa yang sempat tersenyum bangga mendadak pucat begitu mendengar Deokman menceritakan asal-usul Chilseok pada Cartan.
Dengan terburu-buru, Sohwa menarik Deokman untuk meninggalkan tempat itu. Saat menuju kamar untuk menyiapkan pakaian, langkah keduanya dihadang oleh Chilseok. Sempat terjadi kejar-kejaran, namun kecerdikan Deokman ditambah keberanian Sohwa membuat keduanya lolos meski kediaman mereka terbakar habis.
Chilseok yang terluka karena tusukan belati Sohwa memaksakan diri untuk mengejar dua orang yang telah dicarinya selama belasan tahun, meski sudah diingatkan kalau matanya bisa buta bila memaksakan diri. Bagaimana dengan Deokman dan Sohwa? Keduanya meninggalkan Guangdong dengan melewati padang pasir.
Saat berteduh di sebuah gua, Sohwa meminta Deokman untuk pergi sejauh mungkin. Namun, Deokman malah meminta supaya keduanya bisa kembali ke Shilla untuk mengetahui asal-usulnya. Sempat melihat surat yang terus disimpan Sohwa, Deokman malah mengira kalau Munno adalah ayah yang menelantarkannya.
Melihat Deokman mencucurkan air mata dan salah sangka, Sohwa langsung memeluk gadis itu dengan erat. Belakangan saat sang putri tengah mengambil air, Sohwa kembali berpapasan dengan Chilseok, keduanya terlibat kejar-kejaran.
Panik dan berusaha untuk memperingati Deokman, Sohwa terjatuh ke pasir hisap. Wajah Deokman langsung pucat, ia berusaha menyelamatkan sang ibu. Sementara itu dari belakang, Chilseok muncul sehingga Sohwa harus mengambil keputusan terberat dalam hidupnya : mengorbankan diri demi Deokman.
The Great Queen Seon Deok Episode 5
Deokman (Nam Ji-hyun) langsung menjerit histeris melihat tubuh Sohwa (Seo Young-hee) menghilang ditelan pasir hisap, ia nyaris saja terjun menyusul sang ibu kalau saja Chilseok (Ahn Kil-kang) tidak mencegah.
Petaka tidak hanya sampai disitu, mendadak badai gurun bertiup kencang. Begitu tersadar kembali, Deokman berada dibawah tumpukan pasir. Usahanya mencari Sohwa sia-sia, gadis itu hanya bisa menangis dan terbaring di tengah padang pasir sampai akhirnya ditemukan oleh Cartan dan para pedagang lain.
Di Seorabol ibukota kerajaan Shilla, Putri Cheonmyeong (Shin Se Kyung) tiba-tiba terbangun setelah bermimpi buruk. Dalam mimpinya, sang suami yang juga merupakan putra dari raja sebelumnya Kim Yongsu (Park Jung-chul) terbunuh dalam sebuah pertempuran melawan musuh.
Pada kenyataannya, Yongsu yang digosipkan bakal menjadi putra mahkota ditentang oleh pasukan hwarang dan para menteri kabinet karena selain statusnya sebagai putra Raja Jinji yang tersingkir, dirinya dianggap belum berjasa sama sekali bagi kerajaan Shilla.
Sadar kalau banyak pihak yang menentang, Yongsu didepan sidang kabinet menyatakan bakal membuktikan diri dengan menaklukkan salah satu wilayah strategis kerajaan Baekje. Melihat Putri Cheonmyeong begitu sedih, Raja Jinpyeong tidak bisa berbuat apa-apa.
Dengan wajah muram, Raja Jinpyeong memberitahukan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang berubah menjadi delapan, dan menyebut Putri Cheonmyeong sebagai satu-satunya harapan untuk menghadapi Mishil. Ucapan itu sukses membuat sang putri mengurungkan niatnya melarang Yongsu untuk bertempur.
Secara mengejutkan, Kim Yongsu berhasil menaklukkan pasukan Baekje sekaligus memenggal kepala salah satu jendralnya. Sayang dalam perjalanan pulang, ia tewas karena dipanah salah seorang prajurit Baekje (seperti yang diimpikan oleh Putri Cheonmyeong).
Kedukaan juga tengah dirasakan Deokman yang baru saja kehilangan ibunya. Seolah seperti mimpi, Sohwa muncul dihadapannya sambil menghibur gadis yang tengah tersedu-sedu itu. Uniknya, hal serupa juga dialami oleh Putri Cheonmyeong, yang seolah melihat suaminya Yongsu ada didepannya.
Saat tengah mendoakan arwah Yongsu di biara, mendadak Mishil (Go Hyeon-jeong) berada di samping Putri Cheonmyeong. Setelah berdoa, wanita itu memeluk Cheongmyeong sambil membisikkan supaya sang putri pergi sejauh mungkin dan melupakan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang tidak masuk akal.
Putri Cheonmyeong akhirnya memutuskan untuk tinggal di biara, permintaan itu membuat Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) kaget. Permintaan itu juga ditentang oleh Kim Yongchun (Do Yi-sung), namun sang adik ipar akhirnya mengerti : Cheonmyeong melakukan semua demi keselamatan bayi yang dikandungnya.
Keputusan besar diambil oleh Deokman, ia memutuskan untuk meninggalkan padang pasir menuju Seorabol untuk mencari tahu asal-usulnya. Sebelum berpisah, sahabatnya Cartan berpesan supaya dalam perjalanannya, Deokman menyamar sebagai seorang pria.
Mata Deokman terbelalak takjub begitu sampai di Seorabol, namun mencari sosok Munno ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dirinya nyaris putus asa, sampai secara tidak sengaja ia mendengar seorang berpakaian rahib mengatakan bahwa tidak semua orang bisa bertemu Munno.
The Great Queen Seon Deok Episode 6
Begitu melihat Deokman (Nam Ji-hyun) antusias, penipu yang berpakaian pendeta bernama asli Jukbang (Lee Moon-shik) langsung pura-pura lemas sementara rekannya Godo (Ryu Dam) pura-pura menyebut hal itu dikarenakan si pendeta baru saja bertapa sambil berpuasa.
Dasar polos, Deokman langsung mentraktir keduanya makan enak. Kedok Jukbang nyaris saja terbongkar ketika anak-anak calon hwarang pimpinan Kim Yushin (Lee Hyun-woo) mengkonfrontirnya karena telah mencuri giok, namun dengan licik pria itu menyelipkan giok tersebut ke saku Deokman.
Tidak cuma itu, Deokman juga diberikan sebuah surat untuk seorang pria bernama Seolji (Jung Ho-geun). Mengira kalau dirinya telah mendapatkan titik terang mengenai lokasi keberadaan Munno, Deokman langsung berjalan dengan riang.
Di istana, Mishil (Go Hyeong-jeong) dan orang-orang kepercayaannya menggelar rapat untuk melacak keberadaan Munno (Jung Ho-bin). Hanya ada satu masalah, Munno diduga berada di wilayah pimpinan Kim Sohyeon (Jung Sung-mo) yang juga merupakan adik ipar raja.
Dengan alasan untuk menangkap pemberontak, Mishil mendatangi Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) yang tengah berpesta bersama para menterinya. Kehadiran Mishil langsung membuat rona gembira wajah Jinpyeong berubah, dengan cepat ia mengiyakan keinginan Mishil.
Masalah sempat timbul saat rapat kabinet. Sebelum Seolwon (Jun Noh-min) berbicara, Sejong (Dok Go-young) memotong dengan menyebut supaya pimpinan pasukan diserahkan pada Hajong (Kim Jung-hyun), putranya dengan Mishil. Alasannya sederhana : meski kedudukannya tinggi, Hajong belum melakukan hal heroik bagi Shilla.
Rupanya Sejong punya niat lain, ia ingin Hajong meraih nama besar sehingga kelak bisa menjadi raja setelah Mishil berkuasa. Niat tersebut bukannya tidak diketahui Seolwon dan Bojong (Kwak Jung-wook), namun rupanya Mishil punya rencana sendiri untuk Bojong, putra hasil hubungannya dengan Seolwon.
Saat hendak menyeberang sungai, Deokman dengan seenaknya naik perahu dan duduk di sebelah wanita berpakaian biksuni yang dikelilingi sejumlah pria. Tidak sadar kalau yang disebelahnya adalah Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung), gadis malang itu sempat dilempar ke dalam sungai oleh para pengawal sang putri.
Tiba-tiba muncul segerombolan pria tak dikenal yang langsung menyerang, Deokman berhasil menyelamatkan Putri Cheonmyeong yang nyaris dipanah. Keduanya sempat adu mulut karena sikap Putri Cheonmyeong yang angkuh, namun permusuhan tersebut terlupakan saat keduanya sama-sama menjadi tawanan.
Sempat sumrigah ketika akhirnya menemukan Seolji, siapa sangka surat dari Jukbang malah menjerumuskan Deokman dan Putri Cheonmyeong (yang identitasnya belum diketahui siapapun) dalam kesulitan besar. Langsung memutar otak, Deokman mengaku kalau dirinya bisa mendatangkan hujan.
Dengan wajah bengis, Seolji memberi Deokman waktu tiga hari. Langsung meminta dibuatkan altar, Deokman dengan tidak kenal lelah bersujud-sembah. Masih belum cukup, ia juga menggali tanah untuk mencari sumber air. Tekad Deokman yang begitu kuat akhirnya meluluhkan hati Seolji dan orang-orang disekitarnya.
Tak berapa lama, hujan mendadak turun seolah langit tersentuh melihat keteguhan hati Deokman. Sayang kegembiraan itu tidak bertahan lama, tiba-tiba pasukan Shilla pimpinan Hajong muncul dan menyerang perkampungan. Untuk kesekian kalinya, Putri Cheonmyeong dan Deokman terlibat pelarian.
Saat tengah berlari untuk meloloskan diri dari kejaran prajurit, Deokman dan Putri Cheonmyeong jatuh terguling-guling. Nasib Deokman sungguh apes, ia nyaris jatuh dari tebing dan satu-satunya yang bisa menolong hanyalah Putri Cheongmyeong yang juga tengah panik.
Langganan:
Postingan (Atom)